Nama Imam Syafi'i sering disebut, bahkan sangat familiar di telinga
kita. Tetapi, apakah kita tahu sejarah hidupnya? Bahwa ia dilahirkan di
kota Gaza, Palestina? Sebuah kota yang kini diblokade Israel sehingga
menjadi "penjara" terbesar di dunia. Tahukah kita, bahwa ulama fenomenal
yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris ini telah hafal Al-Qur'an
pada usia 7 tahun dan hafal kitab hadits Al-Muwatha' pada usia 10 tahun?
Dr Tariq Suwaidan membagi pembahasan Biografi Imam Syafi'i dalam
empat bagian. Pertama, mengenal Imam Syafi'i. Bagian ini mengupas
sejarah Imam Syafi'i mulai kelahiran hingga masa remajanya, disertai
sifat fisik, suara dan pakaiannya. Kedua, bakat dan keistimewaan Imam
Syafi'i; membahas bakat khusus, keteladanan akhlak dan kepandaiannya
sebagai sastrawan dan ahli bahasa. Ketiga, puncak ketenaran Imam
Syafi'i. Pada bagian ini pembaca disuguhi sejarah Syafi'i saat mulai
menjadi murid Imam Malik, menjadi ulama di Makkah, menjadi ulama di
Irak, hingga yang terakhir pindah ke Mesir. Keempat, prinsip dasar dan
keistimewaan mazhab Syafi'i, baik terkait aqidah, prinsip dasar,
karya-karyanya, murid-muridnya hingga pujian para ulama saat kehilangan
imam besar ini.
Sejarah Singkat Imam Syafi'i
Dari buku Biografi Imam Syafi'i kita mengetahui bahwa Imam
Syafi'i lahir di Gaza pada tahun 150 H, tahun wafatnya Imam Abu Hanifah.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin
Ustman bin Syafi'i bin al-Sa'ib bin 'Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim
bin Muthalib bin Abdi Manaf. Jadi, beliau kelak dikenal dengan nama
kakek dari kakeknya. Imam Syafi'i adalah satu-satunya imam mazab yang
memiliki nasab murni Arab dan bersambung dengan nasab Rasulullah pada
kakek moyangnya, Abdi Manaf.
Di masa kecilnya Imam Syafi'i hidup miskin. Namun ia memiliki ibu yang
luar biasa. Sang ibu yang berasal dari Azad merupakan muslimah yang ahli
beribadah dan berakhlak mulia. Jika kemudian Syafi'i menjadi ulama dan
imam besar, itu adalah saham ibunya yang mendidik Syafi'i sejak kecil
dan mengirimnya ke Makkah untuk menimba ilmu dari para ulama serta
mencari garis nasabnya agar bisa meneladani kemuliaan mereka.
Di Makkah itulah, Imam Syafi'i yang masih berusia tujuh tahun telah
hafal Al-Qur'an. Saat gurunya terlambat, Syafi'i kecil lah yang
mengajari anak-anak lainnya. Ia biasa menghafalkan seketika saat gurunya
mendiktekan. "Tak layak bagiku untuk memungut bayaran sepeserpun
darimu," kata sang guru mengetahui keistimewaan dan 'jasa' Syafi'i
kecil.
Memasuki usianya yang kedelapan, Syafi'i kecil sudah terbiasa bergabung
dengan para ulama di Masjid. Ia mulai menghafal hadits. Ia menghafalnya
dari apa yang ia dengarkan. Syafi'i kecil juga suka ke perpustakaan
untuk membaca catatan dan berbagai manuskrip. Dari sinilah Imam Syafi'i
hafal Al-Muwatha' pada usia 10 tahun, sebelum bertemu dan berguru pada
Imam Malik, sang penyusun kitab hadits itu.
Selain keistimewaannya dalam menghafal, Syafi'i yang mulai tumbuh remaja
juga berlatih memanah dan berkuda. Ia menjadi ahli dalam kedua jenis
olah raga yang dianjurkan Rasulullah itu. "Setiap sepuluh anak panah
yang kuluncurkan, semuanya tepat mengenai sasaran," kata Imam Syafi'i
beberapa tahun kemudian kepada para muridnya.
Imam Syafi'i mengasah kedua keterampilan itu sewaktu di dusun, yakni
kaum Hudzail. Di sanalah Syafi'i menetap beberapa tahun, yang tujuan
utamanya adalah mempelajari bahasa Arab yang murni, sejarah dan ilmu
nasab, serta syair. Setelah selesai Syafi'i kembali ke Makkah sebagai
seorang penyair, dengan hafalan Qur'an dan Al-Muwatha' yang masih
terjaga.
Untuk beberapa waktu Imam Syafi'i terkenal sebagai penyair andal. Hingga
suatu saat salah seorang keluarga pamannya mengatakan sesuatu yang
akhirnya menjadi awal kemuliaan Imam Syafi'i. "Wahai Abu Abdullah, aku
sangat menyayangkan jika kefasihan bahasa dan kecerdasanmu ini tidak
disertai dengan ilmu fikih. Dengan ilmu fikih, kau akan memimpin semua
generasi zamanmu," katanya, menyentakkan Imam Syafi'i.
Singkat cerita, Imam Syafi'i akhirnya diterima menjadi murid Imam Malik.
Semula ia ditolak, tetapi demi melihat kesungguhan pemuda ini dan
kehebatannya yang telah menghafal Al-Muwatha', Imam Malik menerimanya.
Kehebatan dan Keteladanannya
Kita mengenal Imam Syafi'i sebagai ulama fikih dan imam mazab yang
besar. Namun, kehebatan Imam Syafi'i tidak terbatas pada bidang itu.
Seperti disinggung di atas, Imam Syafi'i adalah seorang sastrawan dan
ahli bahasa. Ahli nasab dan sejarah. Ia juga terampil dalam berkuda dan
memanah. Selain itu, Imam Syafi'i juga ahli ilmu falak dan memiliki ilmu
dasar kedokteran.
Ilmu kedokteran Imam Syafi'i terungkap sewaktu ulama ini pindah ke
Mesir. Seorang dokter yang bertemu dengannya mengajaknya berdiskusi,
hingga ia menyangka Imam Syafi'i adalah seorang dokter yang pindah dari
Irak. Dokter itu hendak mengajak Syafi'i memperdalam buku kedokteran
yang ia punya, tetapi Imam Syafi'i menjawab: "Mereka (murid-muridku)
tidak akan merelakan aku untuk mempelajarinya."
Demikianlah ilmu Imam Syafi'i yang membuat kita terkagum-kagum. Namun
akhlak dan keteladanannya tak kalah menawan. Imam Syafi'i biasa membagi
malamnya menjadi tiga bagian; sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk
shalat dan sepertiganya untuk istirahat. Ia dikenal sebagai orang yang
sangat wara', zuhud dan bertaqwa. Imam Syafi'i juga ahli sedekah.
Seluruh harta yang didapatkannya segera ia sedekahkan kepada orang yang
membutuhkan. Karenanya, ia tidak hanya dimuliakan orang-orang yang
berilmu, tetapi juga dicintai oleh masyarakat umum.
Karya Imam Syafi'i
Nama kitab yang ditulis oleh Imam Syafi'i sangat banyak jumlahnya, hingga buku Biografi Imam Syafi'i
ini membutuhkan empat halaman untuk menuliskan judulnya saja (hlm
221-224). Lebih dari 100 kitab itu sebagiannya kemudian dikodifikasi
dalam satu kitab besar bernama Al-Umm. Inilah kitab induk mazhab Syafi'i, berisikan pikiran Imam Syafi'i yang sangat teliti, terperinci dan menyeluruh. Selain Al-Umm, kitab Imam Syafi'i yang sangat terkenal adalah Ar-Risalah. Kitab yang disebut terakhir ini merupakan kitab ushul fiqih pertama di dunia. Kitab Ar-Risalah merupakan model baru yang unik dalam hal metode ilmiah dan tata cara istinbath dari dalil-dalil fikih, yang sampai sekarang dijadikan rujukan oleh para ulama.
Imam Syafi'i wafat pada malam Jum'at di penghujung Rajab tahun 204 H. Beliau wafat pada usia 54 tahun.
wallhu musta'aaan.
BIOGRAFI IMAM SYAFI'I
12/09/2012 07:36:00 PM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar