Penjelasan Tentang Makna Thiyarah dan Tathayyur Serta Perbedaan Antara Keduanya

Penjelasan Tentang Makna Thiyarah dan Tathayyur Serta Perbedaan Antara Keduanya

Menurut ahli bahasa, sejarah dan tarikh, asal kata tathayyur diambil dari kebiasaan orang jahiliah menghardik burung dan melihat arah terbangnya kearah kanan atau kiri [1]. Dari sini mereka mengambil kata tathayyur….
Demikian dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr rahimahullah dalam at-Tahmid (9/282)
Tathayyur dan thiyarah, kedua kata tersebut disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassallam dari hadits Ibnu Mas’ud radhiyallhu anhu:
“Tathayyur itu syirik, tathayyur itu syirik -tiga kali-, dan tidak ada di antara kita melainkan (pernah terbesit dalam hatinya sesuatu dari tathayyur) [2]. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta ‘ala menghilangkannya denhan tawakkal.”
Sedangkan lafadz tathayyur  di antaranya terdapat dalam hadts ibnu Abbas radhiyallahu anhu tentang 70.000 orang dari umat rasulullah shallallhu alaihi wassallam yang masuk jannah (surga) tanpa hisab dan tanpa azab. rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda tentang sifat mereka:
“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak meminta untuk di-kay, tidak pula bertathayyur dan hanya kepada Allah -lah mereka bertawakal.” [3]
Al-Qarafi rahimahullah membedakan makna kedua lafadz tersebut. Beliau rahimahullah berkata: “Tathayyur adalah persangkaan jelek yang muncul dalam hati. sedangkan thiyarah adalah perbuatan yang dilakukan sebagai sebagai akibat dari persangkaan itu, yaitu larinya dia dari urusan yang akan dilakukan atau perbuatan yang lain.” (Al-Furuq 4/238)
Misalnya ada seorang yang akan melakukan safar. ketika ia hendak berangkat ia melihat burung gagak bertengger di sebuah pohon sambil bersuara. Muncullah ketika itu rasa takut dan khawatir dalam hatinya, jangan-jangan kesialan akan menimpa dalam perjalanan  yang hendak ia lakukan. Menurut Al_quran perasaan takut dalam hati inilah yang disebut tathayyur. seandainya dia kemudian mengurungkan niatnya untuk safar dan kembali ke rumahnya karena rasa takut itu, perbuatan membatalkan perjalanan sebagai akibat dari prasangka buruknya disebut thiyarah.
Footnote
[1] Jika ia terbang ke arah kanan berarti pertanda kebaikan, namun jika ia terbang ke arah kiri artinya pertanda kesialan
[2] Kalimat dalam tanda kurung adalah kalimat yang sengaja tidak dilafadzkan karena tidak disukai. lihat Aunul Ma’bud (10/406)
[3]  HR. Bukhari no. 5705 dan Muslim no. 220 dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhumma

Tathoyyur definisi

Sinopsis..!! Syetan senantiasa menggoda manusia dan berusaha menjerumuskan mereka ke jalan yang sesat, dan target utama syetan adalah menjadikan manusia kafir kepada Allah subhanahu Wata'ala, yaitu dengan ucapan-ucapan, perbuatan, keyakinan, syirik yang dapat mengkafirkan. Adapun salah satu upaya syetan dalam menyesatkan manusia adalah dengan keyakinan Tathayyur, yaitu merasa sial karena hal-hal tertentu, nah sejauh manakah kesesatan dari keyakinan ini, mari kita simak pembahasan selengkapnya..!!

BIOGRAFI IMAM SYAFI'I

Nama Imam Syafi'i sering disebut, bahkan sangat familiar di telinga kita. Tetapi, apakah kita tahu sejarah hidupnya? Bahwa ia dilahirkan di kota Gaza, Palestina? Sebuah kota yang kini diblokade Israel sehingga menjadi "penjara" terbesar di dunia. Tahukah kita, bahwa ulama fenomenal yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris ini telah hafal Al-Qur'an pada usia 7 tahun dan hafal kitab hadits Al-Muwatha' pada usia 10 tahun?


Dr Tariq Suwaidan membagi pembahasan Biografi Imam Syafi'i dalam empat bagian. Pertama, mengenal Imam Syafi'i. Bagian ini mengupas sejarah Imam Syafi'i mulai kelahiran hingga masa remajanya, disertai sifat fisik, suara dan pakaiannya. Kedua, bakat dan keistimewaan Imam Syafi'i; membahas bakat khusus, keteladanan akhlak dan kepandaiannya sebagai sastrawan dan ahli bahasa. Ketiga, puncak ketenaran Imam Syafi'i. Pada bagian ini pembaca disuguhi sejarah Syafi'i saat mulai menjadi murid Imam Malik, menjadi ulama di Makkah, menjadi ulama di Irak, hingga yang terakhir pindah ke Mesir. Keempat, prinsip dasar dan keistimewaan mazhab Syafi'i, baik terkait aqidah, prinsip dasar, karya-karyanya, murid-muridnya hingga pujian para ulama saat kehilangan imam besar ini.

Sejarah Singkat Imam Syafi'i
Dari buku Biografi Imam Syafi'i kita mengetahui bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza pada tahun 150 H, tahun wafatnya Imam Abu Hanifah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Ustman bin Syafi'i bin al-Sa'ib bin 'Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdi Manaf. Jadi, beliau kelak dikenal dengan nama kakek dari kakeknya. Imam Syafi'i adalah satu-satunya imam mazab yang memiliki nasab murni Arab dan bersambung dengan nasab Rasulullah pada kakek moyangnya, Abdi Manaf.

Di masa kecilnya Imam Syafi'i hidup miskin. Namun ia memiliki ibu yang luar biasa. Sang ibu yang berasal dari Azad merupakan muslimah yang ahli beribadah dan berakhlak mulia. Jika kemudian Syafi'i menjadi ulama dan imam besar, itu adalah saham ibunya yang mendidik Syafi'i sejak kecil dan mengirimnya ke Makkah untuk menimba ilmu dari para ulama serta mencari garis nasabnya agar bisa meneladani kemuliaan mereka.

Di Makkah itulah, Imam Syafi'i yang masih berusia tujuh tahun telah hafal Al-Qur'an. Saat gurunya terlambat, Syafi'i kecil lah yang mengajari anak-anak lainnya. Ia biasa menghafalkan seketika saat gurunya mendiktekan. "Tak layak bagiku untuk memungut bayaran sepeserpun darimu," kata sang guru mengetahui keistimewaan dan 'jasa' Syafi'i kecil.

Memasuki usianya yang kedelapan, Syafi'i kecil sudah terbiasa bergabung dengan para ulama di Masjid. Ia mulai menghafal hadits. Ia menghafalnya dari apa yang ia dengarkan. Syafi'i kecil juga suka ke perpustakaan untuk membaca catatan dan berbagai manuskrip. Dari sinilah Imam Syafi'i hafal Al-Muwatha' pada usia 10 tahun, sebelum bertemu dan berguru pada Imam Malik, sang penyusun kitab hadits itu.

Selain keistimewaannya dalam menghafal, Syafi'i yang mulai tumbuh remaja juga berlatih memanah dan berkuda. Ia menjadi ahli dalam kedua jenis olah raga yang dianjurkan Rasulullah itu. "Setiap sepuluh anak panah yang kuluncurkan, semuanya tepat mengenai sasaran," kata Imam Syafi'i beberapa tahun kemudian kepada para muridnya.

Imam Syafi'i mengasah kedua keterampilan itu sewaktu di dusun, yakni kaum Hudzail. Di sanalah Syafi'i menetap beberapa tahun, yang tujuan utamanya adalah mempelajari bahasa Arab yang murni, sejarah dan ilmu nasab, serta syair. Setelah selesai Syafi'i kembali ke Makkah sebagai seorang penyair, dengan hafalan Qur'an dan Al-Muwatha' yang masih terjaga.

Untuk beberapa waktu Imam Syafi'i terkenal sebagai penyair andal. Hingga suatu saat salah seorang keluarga pamannya mengatakan sesuatu yang akhirnya menjadi awal kemuliaan Imam Syafi'i. "Wahai Abu Abdullah, aku sangat menyayangkan jika kefasihan bahasa dan kecerdasanmu ini tidak disertai dengan ilmu fikih. Dengan ilmu fikih, kau akan memimpin semua generasi zamanmu," katanya, menyentakkan Imam Syafi'i.

Singkat cerita, Imam Syafi'i akhirnya diterima menjadi murid Imam Malik. Semula ia ditolak, tetapi demi melihat kesungguhan pemuda ini dan kehebatannya yang telah menghafal Al-Muwatha', Imam Malik menerimanya.

Kehebatan dan Keteladanannya
Kita mengenal Imam Syafi'i sebagai ulama fikih dan imam mazab yang besar. Namun, kehebatan Imam Syafi'i tidak terbatas pada bidang itu. Seperti disinggung di atas, Imam Syafi'i adalah seorang sastrawan dan ahli bahasa. Ahli nasab dan sejarah. Ia juga terampil dalam berkuda dan memanah. Selain itu, Imam Syafi'i juga ahli ilmu falak dan memiliki ilmu dasar kedokteran.

Ilmu kedokteran Imam Syafi'i terungkap sewaktu ulama ini pindah ke Mesir. Seorang dokter yang bertemu dengannya mengajaknya berdiskusi, hingga ia menyangka Imam Syafi'i adalah seorang dokter yang pindah dari Irak. Dokter itu hendak mengajak Syafi'i memperdalam buku kedokteran yang ia punya, tetapi Imam Syafi'i menjawab: "Mereka (murid-muridku) tidak akan merelakan aku untuk mempelajarinya."

Demikianlah ilmu Imam Syafi'i yang membuat kita terkagum-kagum. Namun akhlak dan keteladanannya tak kalah menawan. Imam Syafi'i biasa membagi malamnya menjadi tiga bagian; sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk shalat dan sepertiganya untuk istirahat. Ia dikenal sebagai orang yang sangat wara', zuhud dan bertaqwa. Imam Syafi'i juga ahli sedekah. Seluruh harta yang didapatkannya segera ia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Karenanya, ia tidak hanya dimuliakan orang-orang yang berilmu, tetapi juga dicintai oleh masyarakat umum.

Karya Imam Syafi'i
Nama kitab yang ditulis oleh Imam Syafi'i sangat banyak jumlahnya, hingga buku Biografi Imam Syafi'i ini membutuhkan empat halaman untuk menuliskan judulnya saja (hlm 221-224). Lebih dari 100 kitab itu sebagiannya kemudian dikodifikasi dalam satu kitab besar bernama Al-Umm. Inilah kitab induk mazhab Syafi'i, berisikan pikiran Imam Syafi'i yang sangat teliti, terperinci dan menyeluruh. Selain Al-Umm, kitab Imam Syafi'i yang sangat terkenal adalah Ar-Risalah. Kitab yang disebut terakhir ini merupakan kitab ushul fiqih pertama di dunia. Kitab Ar-Risalah merupakan model baru yang unik dalam hal metode ilmiah dan tata cara istinbath dari dalil-dalil fikih, yang sampai sekarang dijadikan rujukan oleh para ulama.

Imam Syafi'i wafat pada malam Jum'at di penghujung Rajab tahun 204 H. Beliau wafat pada usia 54 tahun.

wallhu musta'aaan.

MAKA .....BERSYUKURLAH SAHATKU.....!!!


Abu Hurairah r.a. telah mendengar Nabi saw bersabda, "Ada tiga orang dari Bani Israil yaitu si Belang, si Botak dan si Buta ketika Allah akan menguji mereka, Allah mengutus Malaikat berupa manusia. Maka datanglah Malaikat itu kepada orang yang belang dan bertanya, "Apakah yang kau inginkan?" Jawabnya, "Kulit dan rupa yang bagus serta hilangnya penyakit yang meny
ebabkan orang-orang jijik kepadaku." Maka diusaplah orang itu oleh Malaikat. Seketika itu juga hilanglah penyakitnya dan berganti rupa dan kulit yang bagus, kemudian ditanya lagi, "Kekayaan apakah yang engkau inginkan?" Jawabnya, "Unta." Maka diberinya seekor unta yang bunting sambil didoakan, BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu)." Kemudian datanglah si Malaikat itu kepada si Botak dan bertanya, "Apakah yang engkau inginkan?" Jawabnya, "Rambut yang bagus dan hilangnya penyakitku yang menyebabkan kehinaan pada pandangan orang." Maka diusaplah orang botak itu lalu seketika itu juga tumbuhlah rambut yang bagus. Kemudian ditanya lagi, "Kini kekayaan apa yang engkau inginkan?" Jawabnya, "Lembu." Maka diberinya seekor lembu yang bunting sambil didoakan, "BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu)." Lalu datanglah Malaikat itu kepada si Buta dan bertanya, "Apakah yang engkau inginkan?" Jawabnya, "Kembalinya penglihatan mataku supaya aku dapat melihat orang." Maka diusaplah matanya sehingga dapat melihat kembali. Selanjutnya dia ditanya pula, "Kekayaan apa yang engkau inginkan?" Jawabnya, "Kambing." Maka diberinya seekor kambing yang bunting sambil didoakan "BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu)."
Beberapa tahun kemudian setelah masing-masing mempunyai daerah tersendiri yang penuh dengan unta, lembu dan kambing, datanglah Malaikat itu dalam rupa seorang yang miskin seperti keadaan si Belang dahulu pada waktu ia belum sembuh dan kaya. Malaikat itu berkata, "Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalananku ini maka tidak ada yang dapat mengembalikan aku kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuanmu. Maka saya mengharap, demi Allah yang memberi rupa dan kulit yang bagus, satu unta saja untuk meneruskan perjalananku ini." Jawab si Belang, "Masih banyak hak orang lain padaku, aku tidak dapat memberimu apa-apa, mintalah saja di lain tempat." Malaikat berkata, "Rasa-rasanya aku pernah berjumpa denganmu, bukankah engkau si Belang dahulu yang dijijiki orang dan seorang miskin kemudian Allah memberimu kekayaan?" Jawab si Belang, "Saya telah mewarisi kekayaan orang tuaku." Malaikat berkata, "Jika engkau berdusta maka semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti dahulu." Kemudian pergilah malaikat itu kepada si Botak dengan menyamar seperti keadaan si Botak dahulu dan berkata pula padanya sebagaimana yang dikatakan kepada si Belang, namun ternyata mendapat jawaban seperti jawaban si Belang, hingga karenanya didoakan, "Jika engkau berdusta maka semoga engkau kembali seperti keadaanmu semula." Akhirnya datanglah Malaikat itu kepada si Buta dengan menyamar seperti keadaan si Buta dahulu semasa ia miskin dan berkata, "Saya seorang miskin dan perantau yang telah putus hubungan dalam perjalanan, tidak dapat meneruskan perjalanan kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuanmu. Aku minta demi Allah yang mengembalikan pandangan matamu, satu kambing saja untuk meneruskan
perjalananku ini." Jawab si Buta, "Dahulu aku memang buta lalu Allah mengembalikan penglihatanku maka kini ambillah sesukamu, aku tidak akan memberatkan sesuatu pun kepadamu yang engkau ambil karena Allah." Maka berkata Malaikat, "Jagalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu telah diuji maka Allah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu itu."
(Bukhari - Muslim)

{Semoga dengan kisah nyata ne bermanfaat bagi kita semua,,}

Metode Mengajar Hafalan dan Nilai-Nilai Al-Qur’an Kepada Anak Sejak Dini


Metode Mengajar Hafalan dan Nilai-Nilai Al-Qur’an Kepada Anak Sejak Dini

Para sahabat nabi benar-benar mengetahui pentingnya menghafal Al-Qur’an & pengaruhnya yang nyata dlm diri anak. Mereka berusaha semaksimal mungkin utk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anaknya sebagai pelaksanaan atas saran yang diberikan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Dlm hadits yang diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash,
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an & mengajarkannya. ” (HR. Bukhari).

Indonesia Peduli Suriah: Laknat Kebiadaban Tentara Bashar Al-Asad



Indonesia Peduli Suriah: Laknat Kebiadaban Tentara Bashar Al-Asad

Jakarta (VoA-Islam) – Hilal Ahmar Society Indonesia, sebuah NGO kemanusiaan yang peduli dengan tragedi berdarah di Suriah terus mengap-date kabar terkini. Dalam buletinnya, Hilal Ahmar memberitakan apa yang sesungguhnya terjadi di sana.
Dalam silaturahim dengan beberapa elemen umat Islam di Indonesia, Sabtu dan Ahad (16-17 Juni 2012) lalu, seperti Forum Umat Islam

Pentingnya Mengenal Al-Asma` Al-Husna (1)

Mengenal dan mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah sangatlah agung, penuh dengan kebaikan dan keutamaan, serta mengandung beraneka ragam buah dan manfaatnya.
Keutamaan dan keagungan perihal mendalami ilmu Al-Asma` Al-Husna akan lebih jelas dengan memperhatikan beberapa keterangan berikut.

Pentingnya Mengenal Al-Asma` Al-Husna (1)
Mengenal dan mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah sangatlah agung, penuh dengan kebaikan dan keutamaan, serta mengandung beraneka ragam buah dan manfaatnya.
Keutamaan dan keagungan perihal mendalami ilmu Al-Asma` Al-Husna akan lebih jelas dengan memperhatikan beberapa keterangan berikut.

Pertama: ilmu tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah ilmu yang paling mulia dan paling utama, yang kedudukannya paling tinggi dan derajatnya paling agung. Tentunya hal ini sangat dimaklumi karena kemuliaan suatu ilmu pengetahuan bergantung kepada jenis pengetahuan yang dipelajari dalam ilmu itu. Sementara itu, telah dimaklumi pula bahwa tiada yang lebih mulia dan lebih utama daripada ilmu tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Qur`an yang mulia dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Bakr Ibnul ‘Araby rahimahullah berkata, “Kemuliaan sebuah ilmu bergantung kepada apa-apa yang diilmui padanya. Sementara itu, (mengenal Allah) Al-Bari adalah semulia-mulia pengetahuan. Oleh karena itu, mengilmui nama-nama-Nya adalah ilmu yang paling mulia.”[1]
Oleh karena itu, mempelajari dan mendalami makna Al-Asma` Al-Husna adalah amalan yang paling utama dan mulia.

Kedua: mengenal Allah dan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya akan menambah kecintaan hamba kepada Rabb-nya, akan membuat seorang hamba semakin mengagungkan dan membesarkan-Nya, lebih mengikhlaskan segala harapan dan tawakkal hanya kepada-Nya, serta membuat rasa takutnya terhadap Allah semakin mendalam. Tatkala pengetahuan dan pemahaman seorang hamba akan nama-nama dan sifat-sifat Rabb-nya semakin kuat dan mendalam, akan semakin kuat pula tingkat penghambaannya kepada Allah, semakin tulus sikap berserah dirinya  kepada syariat Allah, serta semakin tunduk kepada perintah Allah dan semakin jauh meninggalkan larangan-Nya.

Ketiga: mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya adalah dasar keimanan dan, dengan itu pula, iman akan semakin bertambah.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si’dy rahimahullah berkata, “Sesungguhnya, mengimani dan mengenal Al-Asma` Al-Husna mencakup tiga jenis tauhid: tauhid rubûbiyyah, tauhid ulûhiyyah, dan tauhid Al-Asma` wa Ash-Shifat. Tiga jenis tauhid ini adalah perputaran dan ruh iman, serta pokok dan puncak (keimanan). Oleh karena itu, setiap kali pengetahuan hamba akan nama-nama dan sifat-sifat Allah semakin bertambah, akan bertambah pula keimanan dan akan semakin kuat keyakinan (hamba) tersebut.”[2]
Demikian pula sebaliknya, siapa saja yang pengetahuannya tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah kurang, kurang pula keimanannya.
Siapa saja yang mengenal Allah, ia akan mengenal segala sesuatu selain Allah. Namun, siapa saja yang kondisinya justru sebaliknya, perhatikanlah firman-Nya,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa terhadap Allah maka Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” [Al-Hasyr: 19]
Cermatilah ayat di atas. Tatkala seseorang lupa terhadap Allah, Allah membuatnya lupa terhadap dirinya sendiri, lupa terhadap apa-apa yang merupakan kebaikannya, serta lupa terhadap sebab-sebab keberuntungannya di dunia dan akhirat.

Keempat: sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadakan makhluk yang sebelumnya mereka tidaklah pernah terwujud dan tidak pernah tersebut. Allah ‘Azza wa Jalla juga memudahkan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi untuk mereka serta memberikan berbagai nikmat kepada mereka yang tidak mungkin bisa dijumlah dan dihitung. Seluruh hal tersebut adalah agar mereka mengenal Allah dan menyembah-Nya. Allah Jalla Sya`nuhu berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا.
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, seperti itu pula bumi. Perintah-Nya berlaku padanya agar kalian mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” [Ath-Thalaq: 12]
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman pula,
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ. وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ. ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ.
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya, patutkah kalian kafir terhadap Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan mengadakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Rabb alam semesta.’ Di bumi itu, Dia menciptakan gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan padanya Dia menentukan kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian, Dia menuju langit, sedang langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.’ Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati.’.” [Fushshilat: 9-11]
Allah ‘Azza Dzikruhu juga menyatakan,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka tidak pula menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kukuh.” [Adz-Dzariyat: 56-58]

Oleh karena itu, usaha seorang hamba dalam mengenal dan mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah sesuai dengan maksud penciptaannya. Meninggalkan dan menelantarkan hal tersebut tergolong melalaikan maksud penciptaannya. Karena, sangatlah tidak layak seorang makhluk yang lemah yang telah mendapatkan berbagai macam keutamaan serta telah merasakan beraneka ragam karunia dan nikmat Allah, tetapi ia jahil terhadap Rabb-nya serta berpaling dari mengenal kebesaran, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya.

Kelima: sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta mencintai timbulnya pengaruh nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada makhluk. Tentunya hal ini merupakan bagian dari kesempurnaan Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Di antara nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim[3] yang Maha merahmati makhluk dengan berbagai nikmat. -Sebagai contoh-, perhatikanlah surah Ar-Rahman, dari awal hingga akhir surah, yang menunjukkan rahmat Allah yang maha luas. Pada awal surah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الرَّحْمَنُ. عَلَّمَ الْقُرْآنَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ. عَلَّمَهُ الْبَيَانَ. الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ. وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ. وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ. أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ. وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ. وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ. فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ. وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ. فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.
“(Allah) Yang Maha Merahmati, Yang telah mengajarkan Al-Qur`an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya agar pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan tunduk kepada-Nya. Dan Dia telah meninggikan langit dan meletakkan neraca (keadilan) supaya kalian jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu secara adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang baunya harum. Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian dustakan?” [Ar-Rahman: 1-13]
Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,
فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Rabb yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ar-Rûm: 50]
Karena rahmat Allah, Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang mempunyai sifat merahmati makhluk lain sebagaimana yang ditunjukkan dalam nash-nash dalil yang sangat banyak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Al-‘Alim ‘Yang Maha Mengetahui’ dan Allah mencintai orang-orang yang berilmu sebagaimana dalam nash-nash dalil yang sangat banyak.
Allah adalah At-Tawwab ‘Maha Menerima Taubat’ dan Allah mencintai orang-orang yang bertaubat,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” [Al-Baqarah: 222]
Demikianlah seterusnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Demikianlah keadaan nama-nama Allah yang maha husna. Makhluk yang paling Dia cintai adalah siapa saja yang bersifat dengan konsekuensi dari (Al-Asma` Al-Husna itu). Sedangkan, (makhluk) yang paling Dia benci adalah siapa saja yang bersifat dengan kebalikan dari (Al-Asma` Al-Husna itu). Oleh karena itu, (Allah) membenci orang kafir, zhalim, jahil, yang berhati keras, bakhil, penakut, hina, dan bejat. Sementara itu, (Allah) Subhanahu adalah Jamil ‘Maha indah, elok’, cinta kepada keindahan; Alim, cinta kepada ulama; Rahim, cinta kepada orang yang merahmati; Muhsin ‘Maha Memberi Kebaikan’, cinta kepada orang yang berbuat kebaikan; Syakûr ‘Maha Pembalas Jasa’, cinta kepada orang yang bersyukur; Shabûr ‘Yang Maha Sabar’[4] cinta kepada orang yang bersabar; Jawwad ‘Maha Dermawan’[5], cinta kepada orang-orang yang dermawan dan berbuat kebajikan; Sattar [6], cinta kepada As-Sitr; Qadir, mencela kelemahan -“dan mukmin yang kuat lebih Dia cintai daripada mukmin yang lemah”-[7]; ‘Afûw ‘Maha Pemaaf’, cinta kepada sifat pemaaf; dan Witr ‘Yang Maha Satu’, cinta kepada yang witir[8]. Setiap hal yang Allah cintai merupakan pengaruh dan konsekuensi dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Sedangkan, setiap hal yang Dia benci berasal dari apa-apa yang bertentangan dan berlawanan dengan (pengaruh dan konsekuensi dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya).”[9]
___________
[1] Bacalah Ahkam Al-Qur`an 2/793 -dengan perantara kitab Asma`ullah wa Shifatuhu karya Al-Asyqar hal. 23-.
[2] At-Taudhih wa Al-Bayan Li Syajarah Al-Iman hal. 41.
[3] Nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim berasal dari kata rahmat. Terdapat rincian makna kata rahmat pada nama Ar-Rahman dan kata rahmat pada nama Ar-Rahim. Insya Allah, penjelasan tentang makna dan kandungan kedua nama itu akan datang.
[4] Ada perbincangan seputar keabsahan penamaan ini. Insya Allah, pembahasannya akan datang.
[5] Ada perbincangan seputar keabsahan penamaan ini. Insya Allah, pembahasannya akan datang.
[6] Ada perbincangan seputar keabsahan penamaan ini. Insya Allah, pembahasannya akan datang.
[7] Petikan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Muslim.
[8] Yang witir mempunyai banyak kandungan makna. Insya Allah, hal ini akan diuraikan dalam pembahasan nama Al-Witr.
[9] ‘Idah Ash-Shabirin hal. 241. Baca jugalah Madarij As-Salikin 1/420 dan Miftah Dar As-Sa’adah 1/3.
[Source: http://dzulqarnain.net/pentingnya-mengenal-al-asma-

Keutamaan Menghafal Al-Qur`an





Thursday, 13 May 2010 16:4
Banyak hadits Rasulullah saw yang mendorong untuk menghafal Al Qur'an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur'an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh." (HR. Tirmidzi)
Berikut adalah Keutamaan menghafal Qur'an yang dijelaskan Allah dan Rasul-Nya, agar kita lebih terangsang dan bergairah dalam berinteraksi dengan Al Qur'an khususnya menghafal.

KEUTAMAAN DI DUNIA

Belajar Renang dan Memanah


1. Teks hadis: Allimu auladakum al-shibahah wa al-rimayah.
2. Terjemahan: Ajarilah anak-anakmu pandai berenang dan memanah.
3. Status hadits: Hadits marfu’ dhaif, hadits mauquf hasan.
4. Penjelasan hadits: Apabila atsar (ucapan Umar ibn Khattab) di atas difahami secara hakiki, maka memberi petunjuk kepada kita agar mengajari anak-anak lihai dalam berenang dan memanah. Oleh sebab itu kita pernah membaca pihak pemerintah menghadiahi lembaga pesantren dua fasilitas olah raga tersebut, yakni olah raga renang dan olah raga memanah. Tentu secara substansi agar dengan kedua olah raga itu membuat para santri

Umar bin Abdul Aziz Peristiwa-peristiwa Menakjubkan Dalam Hidupnya


Lembaran hidup khalifah yang ahli ibadah, zuhud, dan khalifah rasyidin yang kelima ini lebih harum dari aroma misk dan lebih asri dari taman bunga yang indah. Kisah hidup yang mengagumkan laksana taman yang harum semerbak, di manapun Anda singgah di dalamnya yang ada hanyalah suasana yang sejuk di hati, bunga-bunga yang elok dipandang mata dan buah-buahan yang lezat rasanya.

Meski kami tak sanggup memaparkan seluruh perjalanan hidup beliau yang tercatat dalam sejarah, namun tidak menghalangi kami untuk memetik setangkai bunga di dalam tamannya, atau mengambil sebagian cahayanya sebagai lentera. Karena “ma laa yudraku kullahu laa yutraku ba’dhuhu”, apa yang tidak bisa diambil seluruhnya

KISAH ANAK KECIL YANG TAKUT AKAN NERAKA

Dalam Sebuah Riwayat Menyatakan Bahwa Ada Seorang Lelaki Tua Sedang Berjalan-Jalan Di Tepi Sungai,Ketika Dia Sedang Berjalan-Jalan Dia Merlihat Seorang Anak Kecil Sedang Mengambil Wudhu Sambil Menangis.
Ketika Orang Tua Itu Melihat Anak Kecil Tadi Menangis,Dia Pun Berkata: "Wahai Anak Kecil Kenapa Kamu Menangis..?" Maka Berkata Anak Kecil Itu,"Wahai Kakek Saya Telah Membaca Ayat Al Qur'an Sehingga Sampai Kepada Ayat Yang Berbunyi "Yaa Ayyuhal Ladziina Aamanuu Quu Anfusakum" Yang Bermaksud "Wahai Orang-Orang Yang Beriman,Jagalah Olehmu Sekalian Akan Dirimu" Saya Menangis Sebab Saya Takut Akan Dimasukkan Kedalam Api Neraka.
Lalu Si Kakek Itu Berkata: "Wahai Anak,Janganlah Kamu Takut,Sesungguhnya Kamu Terpelihara Dan Kamu Tidak Akan Dimasukkan Kedalam Api Neraka"
Kemudian Anak Kecil Itu Berkata Lagi: "Wahai Kakek,Kakek Adalah Orang Yang Berakal,Tidakkah Kakek Lihat Kalau Orang Menyalakan Api Maka Yang Pertama Sekali Yang Mereka Akan Letakan Ialah Ranting-Ranting Kayu Yang Kecil Dahulu Kemudian Baru Mereka Letakan Yang Besar,Jadi Tentulah Saya Yang Kecil Ini Akan Dibakar Dahulu Sebelum Dibakar Orang Dewasa"
Si Kakek Pun Berkata Lagi Sambil Menangis "Sesungguhnya Anak Kecil Ini Lebih Takut Kepada Neraka Daripada Orang Yang Dewasa Maka Bagaimanakah Keadaan Kami Nanti..?"
gpi-vampire.png

Asal Mula Iblis bisa Masuk ke Tubuh Manusia



Diduga, riwayat berikut ini berasal dari Tirmidzi. Setelah Nabi Adam dan Hawa berkumpul kembali dan taubat mereka diterima oleh Allah SWT, Iblis masih saja menggoda keduanya.

Godaan Iblis ini ditujukan kepada Ibu Hawa, hingga akhirnya Iblis atau setan bisa masuk ke tubuh manusia karena seorang anak Iblis dimakan oleh Nabi Adan dan Ibu Hawa 

Berikut Kisahnya.

Curhat Iblis kepada Nabi Yahya



Iblis pernah curhat dan membuka rahasianya kepada Nabi Yahya a.s.
Pada kesempatan itu, Iblis menguraikan tentang 3 golongan keturuanan Nabi Adam a.s serta trik-triknya dalam menjerusmuskan manusia.

Adalah Abdullah bin Muhammad bin Ubad telah meriwayatkan dengan isnadnya dari Wuhaib bin Ward dalam kitab Aakamul Marjan.
Abdulah berkata, suatu saat Iblis menampakkan diri kepada Nabi Yahya a.s.

Kisahnya.
Dalam kesempatan itu, Iblis membagi anak turun Nabi Adam a.s menjadi 3 golongan.
"Sungguh aku akan

DEVINISI ALQUR'AN



PENGERTIAN AL-QUR'AN
القرآن كلام الله المنزل على محمد صلى الله عليه وسلم للاعجاز بسورة منه والبيان العقائد والاحكام وغيرهما


AL-QUR'AN adalah: firman
ALLAH SWT yang diturunkan kepada NABI MUHAMMAD SAW untuk mengalahkan musuh dengan satu surah darinya,dan menerangkan 'aqidah 'aqidah dan hukum hukum dll.

sebagian melengkapi dengan menyebutkan AL-QUR'AN adalah firman ALLAH SWT yang diturunkan kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui malaikat jibril yang mempnyai gelar ruhul qudus yang diturunkan secara berangsur angsur untuk mengalahkan musuh dengan satu surah darinya yang menerangkan 'aqidah 'aqidah dan hukum hukum

SAHABAT NABI SAW ABDURRAHMAN BIN AUF

Kedermawanan Abdurrahman bin 'Auf
Pada suatu hari di kota Madinah yang aman dan tentram. Tiba-tiba saja… entah darimana datangnya terlihat debu yang mengepul ke udara. Angin pun menerbangkan debu-debu itu menghampiri pintu-pintu kota, dan berhembus dengan kuatnya di jalan-jalan raya.
Orang banyak menyangka ada angin ribut (ternyata gak cuma orang aja yang ribut) yang menyapu dan menerbangkan pasir. Adik-adik tau gak apa sebenarnya yang terjadi di Madinah waktu itu???
Ternyata…

SYARAT DI TERIMANYA AMAL




Amal ibadah akan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika memenuhi dua syarat. 
Pertama: -Ikhlas. Artinya, beribadah hanya kepada-Nya saja dan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,- “Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan, kecuali amalan yang diikhlaskan untuk-Nya dan untuk mencari wajah-Nya.” (HR. An-Nasa’i)
- إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ“Sesunguhnya amal itu tergantung niatnya.”
- إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim)
Kedua:

Kewajiban Terhadap al-Qur'an



membaca dan mengamalkanya
1.Membacanya.
Al-Qur’an tidak hanya untuk hiasan dan pajangan. Ia diturunkan untuk dibaca. Tidakkah kita tahu keutamaan membaca Al-Qur’an? Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya, maka ia akan ditemani para malaikat yang mulia lagi penuh kebaikan. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan maka dia akan mendapatkan dua pahala.” (HR Bukhari dan Muslim)
Para ulama mengatakan: satu pahala untuk bacaannya, dan satu pahala lagi untuk kesusahannya dalam membaca.

Rasulullah saw juga mengatakan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi bahwa setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Dan membaca setiap huruf Al-Qur’an merupakan satu kebaikan. Dengan demikian, setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca adalah satu kebaikan yang akan diganjar sepuluh kali lipatnya. Subhanallah!

Afwan, Saya Boleh Kenalan Ukhti??


Katanya kalau mau disebut gaul, area pergaulan kita otomatis kudu luas. 1001 cara bisa kita lakukan buat mendapatkan teman. Dan, satu orang dengan yang lain, biasanya pada nggak sama.

Salah satu fenomena anak muda yang menarik sekarang ini untuk mendapatkan kawan, adalah dengan cara SKSD alias sok kenal sok dekat. Cara ini katanya dinilai ampuh plus teruji buat ngangkat citra diri pelakunya. Mereka biasanya adalah orang yang kudu punya PD level akut. Dan tanggapan dari orang sekitarpun yang bermunculan, ada yang positif, tapi nggak sedikit juga yang menganggap sebaliknya

hadist palsu daam puasa


12 Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan

Kategori: Ramadhan
94 Komentar // 22 Juli 2010
Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang otentik. Dengan ini, Islam tidak memberi celah kepada orang-orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam.
Karena pentingnya hal ini, tidak heran apabila Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan perkataan yang terkenal:
الإسناد من الدين، ولولا الإسناد؛ لقال من شاء ما شاء
“Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.” (Lihat dalam Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)
Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya.
Oleh karena itu,

Biografi Ibnu Taimiyyah - Sang Mujahid Besar





Ibnu Taimiyyah Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu`ul Awal tahun 661H. Beliau adalah imam, Qudwah, `Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah daan penghidup sunah Rasul shalallahu`alaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy.



Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan

dzikir pagi dan petang

Zikir-Zikir Pagi Dan Petang

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
“Barang siapa, ketika pagi dan sore, membaca doa: SUBHANALLAHI WABIHAMDIHI (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dan itu.[1]” (HR. Muslim)
            Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمْسَى قَالَ أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
وَإِذَا أَصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أَيْضًا: أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ
“Apabila sore hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan do’a yang berbunyi:

tafsiir-tafsir ayat pendidikan


http://rerimbun.blog.com/files/2010/05/untitled-300x50.jpg
KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR
1. Surah al-Ankabut: 19-20
أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (19) قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآَخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali)”.
“Sesungguhnya.yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. 29: 99) Katakanlah

Psikologi Belajar


ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI BELAJAR

Analisa komperehensif untuk “Orientasi Baru Dalam Psikologi
Belajar” ini menyangkut topik : (1) Teori belajar menurut paham
behaviorism, Cognitivism, Constructivism, dan Social Learning Theory;
(2) Thinking skills; (3) Motivation; (5) Memory and forgetting; (6)
Learner Autonomy; dan (7) Cooperative Learning.


A. Teori
Belajar
Pemahaman guru akan pengertian dan makna belajar akan
mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar.
Guru yang hanya memahami belajar hanya agar murid bisa menghafal
tentu beda cara mengajarnya dengan guru yang memahami belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku.Untuk itu guru penting
memahami pengertian belajar dan teori-teori belajar .

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia berkat
adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu beriteraksi dengan
lingkungannya. W.H. Burton mendefinisikan belajar : “Learning is a
change in the individual due to instruction of that individual and his
environment, which fells a need and makes him more capable of
dealing adequately with his environment”
1

Dari pengertian tersebut
ada kata ‘change” maksudnya bahwa seseorang yang telah mengalami
proses belajar akan menhalami perubahan tingkah laku baik dalam
kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam tiga aspek
yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan
(psikomotor). Sedang Ernest R. Hilgard dalam B. Simandjuntak dan IL.

Pasaribu mengemukakan
“Belajar adalah suatu proses perubahan
kegiatan karena reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak
dapt disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau
kedaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-
obatan”.

2
Teori belajar pada umumnya dibagi menjadi 4 golongan,
dengan mempelajari teori ini guru dapat memahami dasar proses
belajar beserta dalil-dalilnya sehingga guru dapat memanajemen
proses belajar mengajar.
Pendahuluan Psikologi Belajar
Hakekat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktifitas-aktifitas kejiawaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk lain[1]. Tanpa disadari manusia secara tidak langsung telah melakukan suatu perubahan dimana perubahan tersebut terbentuk dari tidak bisa menjadi biasa, tidak tahu menjadi tahu dan seterusnya hingga manusia tersebut menjadi manusia sempurna (insan kamil).
Belajar bukanlah kegiatan yang hanya berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Belajar tidak hanya melibatkan yang benar saja, tetapi juga melibatkan yang tidak benar, missal ada murid yang salah mengeja kata, kita tidak dapat mengatakan bahwa tidak belajar, hanya saja dia mengeja yang salah. Jadi belajar tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga dapat berkenaan dengan sikap, tingkah laku, kejiwaan dan perasaan.
Unsur asasi dari belajar adalah selalu melibatkan adanya perubahan dalam diri orang yang belajar. Perubahan itu bisa terjadi dengan sengaja bisa lebih baik bisa lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman, oleh interaksi antar orang dengan lingkungannya. Untuk itu dalam makalah ini kami menguraikan tentang definisi belajar, definisi psikologi serta konsep dan makna psikologi belajar.
Secara implisit maupun eksplisit firman Allah telah mewajibkan manusia untuk belajar, sebagai berikut yang artinya:
apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang berakalah yang mampu menerima pelajaran (QS. Az-Zumar : 9)
Konsep dan Makna BelajarMenurut Psikologi
Telah dikemukakan diatas bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Menurut C.T. Morgan dalam Introduction to Psycology (1961) merumuskan belajar sebagai “suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu”.[2] Jadi bisa disimpulkan bahwa belajar sangat erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku seseorang. Akan tetapi perubahan yang bukan terjadi karena adanya proses-proses belajar tidak dapat dikatakan sebagai belajar. Perubahan selain belajar antara lain karena adanya proses fisiologis (missal: sakit) dan perubahan terjadi karena adanya proses-proses pematangan (missal : bayi yang mulai dapat berjalan).
Ada dua pandangan mengenai perubahan yang terjadi dalam proses-proses belajar, antara lain :
Belajar Menurut Pandangan Behavioristik
Menurut pandangan ini (seperti J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner) Belajar adalah perubahan tingkah laku, dengan cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Yang dimaksud tingkah laku disini ialah tingkah laku yang dapat diamati ( berfikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam pandangan ini, karena tidak dapat diamati secara langsung. Diantara keyakinan prinsipil yang terdapat dalam pandangan ini ialah anak lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, persaan, dan warisan abstrak lainnya. Semua kecakapan timbul setelah manusia melakukan kontak dengan lingkungan.
Belajar Menurut Pandangan Kognitif
Menurut Pandangan ini (seperti Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson, Jerome Bruner, dan David Ausubel)
“Belajar adalah proses internal mental manusia yang tidak dapat diamati secara langasung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah lauku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal dan tak dapat diukur tanpa dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental. (aspek-aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran)”
Selain dari pada itu, dewasa ini para neobehaviorist memperluas pandangan behavioristik tentang belajar meliputi aspek-aspek yang tidak dapat diamati secara langsung seperti harapan-harapan, keinginan, keyakinan, dan pikiran. Salah seorang diantaranya ialah albert Bandura (1986) dengan teori kognitif sosial-nya yang menganggap bahwa belajar itu lebih dari sekedar adanya perubahan dalam tingkah laku yang diamati. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati yang berdasar pad apengetahuan tersebut. Dalam banyak hal teori ini dapat dianggap sebagai tali penghubung antara aliran behaviorisme dengan teoir kognitif.[3]
Menurut Crow & crow dalam buku Educational Psycology (1958) menyatakan ”Learnig is acquisition of habits, knowledge, nad attitude”, belajar adalah memeproleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Belajar dalam pandangan mereka menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku.[4] Pengertian ini menyangkut pada proses yang mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Any change in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change.(proses adalah suatu perubahan yang progresif menyangkut tingkah laku atau kejiwaan)[5]
Dari berbagai pendapat dan pandangan mengenai definisi belajar terlepas dari berbagai macam kelemahan-kelemahan dari masing pandangan dapat disimpulkan bahwa belajar suatu porses yang terjadi dalam diri seseorang (pandangan kognitif), tetapi juga menekankan pentingnya perubahan dalam tingkah laku yang dapat diamati sebagai pertanda bahwa belajar telah berlangsung (pandangan behavioristik) dengan menunjukkan perubahan yang progresif pada tingkah laku sehinga hasil yang dicapai maksimal.
Definisi Psikologi
Sebagaimana istilah-istilah ilmiah dan kefilsafatan, istilah psikologi juga diperoleh dari Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejaal kejiwaan. Untuk rentang waktu yang relative lama terutama ketika psikologi masih merupakan bagian atau cabang dari filsafat. Pada masa lampau, Paul Musen dan Mark R. Rosenzwieg dalam buku mereka, psycology an introduction, psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mind (pikiran) namun dalam perkembangannya berubah menjadi behavior (tingkah laku), sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Para ahli psikologi modern belakangan ini tidak lagi mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan. Menurut Thomas Alva Edison (1847-1931) berujar, “My mind I incapable of conceiving such a thing as a soul” (pikiran saya tidak mampu untuk mamahami hal seperti jiwa) [6]. Firman Allah sebagai berikut, yang artinya:
mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentnag jiwa atau ruh, maka katakanlah bahwa jiwa (roh) adalah urusan tuhan dan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit (Q.S. Al-Isra’ :85)
Ayat tersebut bukan berarti menutup kemungkinan untuk mengkaji tentang jiwa. Meskipun hanya sedikit ayat tersebut mengisyaratkan bahwa jiwa atau ruh adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Namun yang paling penting adalah ruh dan jiwa setidak-tidaknya merupakan suatu konsep yang bisa dipelajari sebagai substansi tersendiri.
Pada asasnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme manusia, dalam hal ini psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan, dan cara mereka melakukan sesuatu dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan (Gleitman, 1986)[7]
Konsep Psikologi Belajar
Dari uraian tentang psikologi, bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, sedangkan belajar merupakan kegiatan manusia yang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Agar kegiatan belajar tersebut memperoleh hasil yang maksimal sesuai harapan, maka manusia tersebut membutuhkan suatu pemahaman tentang psikologi.
Tujuan dari memperlajari psikologi belajar adalah agar manusia mempunyai pemahaman lebih tentang indivudi, baik dirinya sendiri maupun orang lain serta dari hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan yang lebih bijaksana.
Kesimpulan
  1. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu porses yang terjadi dalam diri seseorang (pandangan kognitif), tetapi juga menekankan pentingnya perubahan dalam tingkah laku yang dapat diamati sebagai pertanda bahwa belajar telah berlangsung (pandangan behavioristik) secara progresif untuk memperoleh tujuan dan harapan tertentu.
  2. Psikologi belajar sangat dibutuhkan agar manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat mengambil keputusan yang bijaksana, serta terfokus dalam mencapai tujuan dan harapan.
    PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI BELAJAR
    A. Pengertian
    Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian secara harpiah psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.
    Namun tidaklah sesederhana itu untuk mengartikan psikologi, karena setiap orang pasti mempunyai persepsi yang berbeda jika ditanya tentang jiwa. Karena keberadaannya yang abstrak, yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra. Oleh karena itu para ahli saling berbeda dalam menentukan defenisi psycologi.
    Di bawah ini akan saya uraikan tntnag beberapa pendapat ahli mengenai defenisi psikologi.
    - Chilffoard T. Morgan berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.
    - Edwin G. Boring dan Herbert mengatakan: psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
    - Garden Murphy: psychology ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadao lingkungannya.
    - Moskondits psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empiric yang berdasarkan atas observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia.
    Dari beberapa pendapat di atas dapat di lihat bahwa antara pendapat ahli yang satu berbeda dengan yang lain. Namun pada hakekatnya memiliki defenisi yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini untuk lebih sederhana psikologi dapat diartikan sebaai suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tentang tingkah laku manusia baik selaku individu, maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
    Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang mengenai hal-hal yang bermanfaat baginya.
    Mengenai pengertian belajar juga banyak para ahli memberikan defenisi diantaranya:
    - Skinner : suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif.
    - Hintsman dalam bukunya the psycologi of learning and memory berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengetahuan yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism..
    - Witting belajar adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman
    Dari defenisi psikologi belajar di atas, maka pengertian psikologi belajar adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tingkah laku manusia untuk kepentingan mandidik atau membina perkembangan keperibadian manusia
    · Pengertian Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam
    Untuk lebih jelas memahami tentang pengertian psikologi belajar pendidikan agama Islam, terlebih dahulu saya akan mengartikan setiap penggalan kata, yaitu psikologi belajar dan Pendidikan Agama Islam
    Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara harpiah defenisi psikologi yang sebenarnya terdapat banyak perbedaan diantara para ahli, diantaramya adalah:
    - Cliffoard T. Morgan: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
    - Edwin G. Bording psikologi adalah suatu tentang hakikat manusia
    - Garden Murphy psikologi adlaah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungan.
    Sementara mardianto di dalam bukunya psikologi belajar PAI menyatakan psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa yang ditampakkan dalam sikap dan prilaku, serta pernyataan-pernyataan abstrak lainnya.
    Maka psikologi belajar dapat diartikan satu pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar mengikuti keadaan jiwa menurut perkembangannya.
    Sedangkan pendidikan agama Islam dapat dijabarkan menjadi dua kata yaitu pendidikan dan Agama Islam.
    Pendidikan adalah suatu proses transformasi nilai budaya yang ditata sedemikian rupa untuk memberikan bimbingan dan pembinaan bagi seseorang mengenal, mengembangkan serta mengendalikan potensi yang ada pada dirinya agar dapat berjalan secara wajar dan benar sesuai dengan kaidah yang ada.
    Ahmadi dan Uhbiyati pendidikan adalah satu kegiatan secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga terjadi intraksi antara mereka berdua agan anak tersebut mencapai kedewasaan yang telah dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.
    Agama Islam adalah suatu ajaran yang diwahyukan dari Allah SWT melalui Rasulnya yaitu Muhammad saw dengan kitab sucinya yaitu al-Qur’an sebagai sumber hukum dan pengetahuan.
    Jadi psikologi belajar Pendidikan Agama Islam adalah ilmu jiwa tentang bagaimana seseorang belajar Agama Islam dari perkembangan jiwa yang sedang dialaminya.
    B. Ruang Lingkup
    Seluruh pembahasan yang dapat dijangkau, dicakup/ dibahas oleh kajian ini. Ruang lingkup ini disatu sisi merupakan pernyataan wilayah/kapling yang menjadi pembicaraan psikologi belajar Pendidikan Agama Islam, dan di sisi lain menjadi pembatas dari kajian yang boleh dikembangkan.
    Merujuk kepada deskrifsi silabus mata kuliah psikologi belajar Pendidikan Agama Islam di IAIN Fak Tarbiyah maka ruang lingkupnya adalah sebagai berikut:
    - Komponen keilmuan
    a. Kajian lintas disiplin ilmu (psikologi agama islam dan pembelajaran)
    b. Kajian perkembangan manusia (psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi agama)
    - Komponen terapan
    a. Kajian pembelajaran agama pada masa balita, anak dewasa dan orang tua.
    b. Kajian internalisasi agama, problema dan jalan keluarnya.
    c. Kajian pengembangan pembelajaran agama secara metodologis.
    - Komponen pengembangan
    a. Kajian penelitian
    b. Kajian evaluasi
    Pengertian DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI BELAJAR
    oleh: Sejathi     Pengarang : abdullah
    • Summary rating: 3 stars (13 Tinjauan)
    • Kunjungan : 843
    • kata:300 
    •  


    Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian secara harpiah psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.
    para ahli saling berbeda dalam menentukan defenisi psycologi secara termenologi, antara lain :
    - Chilffoard T. Morgan berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.
    - Edwin G. Boring dan Herbert mengatakan: psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
    - Garden Murphy: psychology ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadao lingkungannya.
    - Moskondits psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empiric yang berdasarkan atas observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia.
    METODE PENELITIAN PSIKOLOGI BELAJAR DAN MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI BELAJAR


    1. PENDAHULUAN
    Dalam lingkup yang lebih khusus, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi dan pembelajaran. Fokusnya adalah aspek – aspek psikologis dalam aktivitas pembelajara, sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan mewujudkan prilaku mengajar yanfg efektif pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terakait dengan proses embelajaran.
    Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru pendidikan agama Islam. Maka, dalam makalah inipun mengangkat  masalah metode penelitian psikologi belajar dan manfaat mempelajari psikologi belajar yang berhubungan langsung dengan pendidikan agama Islam.     

    1. METODE PENELITIAN PSIKOLOGI BELAJAR
    Secara singkat dan umum, metode sering dipahami sebagai cara atau jalan yag ditempuh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan  berkaitan dengan pikologi belajar, metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yag bersifat psikologis dan berkaita dengan proses pembelajaran.[1]
    Riset – riset psikologis berkenaan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, memanfaatkan metode tertentu, seperti :[2] (1) eksperimen, (2) kuesioner, (3) studi kasus, (4) penyelidikan klinis, (5) obsevasi naturalistic.
    1.   Metode Eksperimen
    Pada porinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang di lakukan eksperimenter di dalam laboratorium atau ruangan tertentu. Teknik pelakasanaannya dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti, data pendengaran siswa, pengelihatab siswa dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula dignakan untuk mengukur kecepatan bereaksi peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam proses belajar. Metode eksperimen lebih utama digunakan dalam risetnya, hal ini karena, data dan informasi yng dihimpun lebih bersifat definitive ( pasti ) dan llebih ilmiaH.
    Yang perlu diperhatikan oleh  eksperimenter adalah sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti. Untuk mengantisipasi munculnya sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti, rancangan eksperimen biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga seluruh unsure penelitian termasuk penggunaan laboratorium dan subjek yng akan benar – benar diteliti benar – benar memenuhi syarat penelitian eksperimental.
    Dalam metode eksperimen, objek yang akan diteliti di bagi kedalam dua kelompok, yaitu (1) kelompok percobaan ( eksperimental group ), dan (2) kelompok pembanding ( control group ). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingakah lakunya diteliti dengan mendapat perlakuan khusus sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding, juga terdri atas objek dan jumlah katagorinya sama dengan kelompok percobaan, tetapi perilakunya tidak diteliti. Setelah itu data yang berasal dari kelompok percobaan dengan kelompok pembanding. Langkah selanjutnya, adalah melakukan analisis, enafsiran, dan menyimpulkan dengan dibantu dengan statistic tertentu.

    2.   Metode Kuesioner
    Metode ini, lebih banyak menggunakan sample yang bias dijangkau disamping unit cost setiap responden lebih murah. Contoh data yang yang dapat dikumpulkan atau dihimpun dengan metode ini adalah : (1) karkteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia dan lain sebagainya, (2) latar belakang siswa, (3) perhatian, minat, da bakat siswa pada mata pelajaran tertenru, (4) factor factor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, (5) aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari – hari, (6) pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari – hari.
    Metode kuesioner, sering disebbut metode surat- menyurat ( mail survey), karena dalam pelaksanan peyebaran dan perngembaliannya sering dikirim ked an dari responden melalui jasa pos atau email. 

    3.   Metode Studi Kasus ( Case Study )
    Metode Studi Kasus atau Case Study merupakan metode penelitin yang digunakan untuk memperoleh sebuah gambaran terperinci mengenai aspek – aspek psikologis seorag siswa atau sekelompok siswa tertentu.
    Fenomena – fenomena dan berbagai peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus menerus diikuti perlembangannya selama kurun waktu tertentu. Studi kasus akan memerlukan waktu lebih lama apabila digunakan untukmenyelidiki fenomene genetika  yang dihubungkan dengan prilaku belajar ( perkembangan belajar )

    4.   Penyelidikan Klinis ( Clinical Method )
    Metode klinis hanya digunakan oleh pra ahlu psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara – cara memberi perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
    Dalam pelaksanaan penggunaan metode klinis, peneliti menyediakan benda – benda dan pertanyaan tertentu yang boleh diselesaika oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Selanjutnya, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukubg data yang dihimpun sebelumnya.
    Metode klinis pada umumny hanya diberlakuka untuk meyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan prilaku pikologis .
    Sasaran yang kan dicapai oleh peneliti untuk memastikan sebab- sebab timbulnya ketidak normalan prilaku siswa atau kelompok kecil siswa. Selanjutnya peneliti berupaya memilih dan menentukan cara – cara mengatasi prilaku penyimpagan tersebut.
     
    5.   Observasi Naturalisik
    Metode Observasi Naturalisik merupakan jenis observasi yang dilakukan secara ilmiah. Dalam hal ini peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yng melakukan penelitian.
    Seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Selam proses belajar mengajar, jenis perilaku siswa diteliti, dicatt dalm lembar format observasi yang dirancang khusus sesuai data dan informsi yng dihimpun.

    1. MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI BELAJAR
    Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :[3]
    1.                     memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain
    2.                     memahami prinsip – prinsip dan teori pembelaaran
    3.                     memilih memetode – metode pembelajaran dan pengajaran
    4.                     meetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
    5.                     menciptaka situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
    6.                     memilih dan menetapkan isi pengajaran
    7.                     membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
    8.                     memilih alat Bantu pembelajaran dan pengajaran
    9.                     menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
    10.                  memahami dan mengembangkan kepribadian dsan profesi guru
    11.                  membimbing perkembangan siswa

    Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar memiliki keterkaitan. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan manusia, khususnya siswa. Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, antara lain :[4]
      1. guru dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dengan pendekatan yang relefan denga tingakat perkembangannya
      2. guru dapat mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu
      3. guru dapat memertimbangkan waktu yang tepat dlam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
      4. guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan – tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya

    Dari beberapa peranan psikologi belajar di atas, dapat kita khususkan sebagai berikut :
    a.    psikologi belajar memiliki peranan penting dalam membantu mempersiapkan guru atau calon guru yang professional
    b.    pengetahuan tentang psikologi belajar diharapkan mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
    c.    pengetahuan tentang psikologi belajar memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
    d.    pengetahuan tentang psikologi belajar membantu mencipatakan suasana edukatif dan efektif
    PENGERTIAN BELAJAR
    Posted on April 13, 2009
    PENDAHULUAN
    I.1 PENGERTIAN BELAJAR
    I.1.A Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia :
    Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
    I.1.B Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
    1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
    2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
    3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
    4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
    5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
    6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
    Belajar adalah  serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
    7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
    8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
    9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
    10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
    11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
    I.2 CIRI-CIRI BELAJAR
    Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
    1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
    2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
    3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
    4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
    Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
    1. Adanya dorongan rasa ingin tahu
    2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
    3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
    4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
    5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
    6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
    7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
    8. Untuk mengisi waktu luang.
    I.3 JENIS-JENIS BELAJAR
    I.3.A Menurut Robert M. Gagne
    Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
    1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
    2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
    3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
    4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
    5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
    6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
    7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
    8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
    Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :
    1. keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
    2. informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
    3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
    4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
    5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.
    I.3.B Menurut Bloom
    Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga dmain belajar yaitu :
    1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
    Ø Pengetahuan (Knowledge).
    Ø Pemahaman (Comprehension).
    Ø Penerapan (Aplication)
    Ø Penguraian (Analysis).
    Ø Memadukan (Synthesis).
    Ø Penilaian (Evaluation).
    2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
    Ø Penerimaan (receiving/attending).
    Ø Sambutan (responding).
    Ø Penilaian (valuing).
    Ø Pengorganisasian (organization).
    Ø Karakterisasi (characterization)
    3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
    Ø Kesiapan (set)
    Ø Meniru (imitation)
    Ø Membiasakan (habitual)
    Ø Adaptasi (adaption)
    I.3.C Penggabungan Dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren)
    1. Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
    2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
    3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
    4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
    5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
    6. Belajar Kaidah. Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.
    7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
    Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
    Ø Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
    Ø Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
    Ø Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
    Ø Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
    Ø Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
    Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
    Ø Kesadaran akan adanya masalah.
    Ø Merumuskan masalah.
    Ø Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
    Ø Menguji hipotesis-hipotesis itu.
    Ø Menerima hipotesis yang benar.
    1.3.D Menurut UNESCO
    UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
    1. Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.
    2. Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
    3. Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
    4. Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.
    I.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN
    Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
    1.4.A Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia :
    Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
    1.4.B Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli :
    1. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
    2. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
    I.5 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
    Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
    1. merupakan upaya sadar dan disengaja
    2. pembelajaran harus membuat siswa belajar
    3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
    4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
    1.6 PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR
    Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)
    Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
    Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.
    Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.
    Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran:
    NO
    Pengajaran
    Pembelajaran
    1
    Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
    Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
    2
    Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar
    Tujuannya agar terjadi belajar pada diri siswa
    3
    Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran
    Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.
    4
    Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar
    Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru
    1.7 PRINSIP PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DAN ATWI SUPARMAN
    Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :
    1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
    2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
    3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
    4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
    5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
    6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
    7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
    8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
    9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
    10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
    11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
    12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
    Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
    1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
    2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
    3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
    4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
    5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
    6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
    7. memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
    8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
    9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
    BAB II
    PEMBAHASAN
    II.1 PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI BELAJAR
    Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.
    Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
    Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.
    Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.
    II.2 JENIS-JENIS BELAJAR
    Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dalam BAB I, banyak cara dalam melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal learning), Belajar stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal (verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep (concept learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah (problem solving).
    Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian, Karakterisasi. Sedangkan psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption). Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
    Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsure atau komponen,menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan criteria tertentu.
    Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.
    Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
    1I.3 PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN
    Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.
    Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.
    Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
    II.4 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
    Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi Suparman.
    Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap dan perilaku, penilaian formatif.
    Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang, penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.
    Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
    Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
    Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
    Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
    Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
    Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
    Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
    Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran , dll. 
    Posted by Jufry Malyno 0 komentar
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    Baiklah kawan-kawan seperjuangan, saatnya kita focus ke materi yang lebih spesifik yang sebenarnya lebih focus pada ilmu psikologi pendidikan. Namun hal ini semuanya perlu kita, sebagai seorang guru yang professional, ketahui tentang teori-teori psikologi belajar itu sendiri sehingga kita nantinya tidak salah didik dan diharapkan setelah membaca artikel yang sederhana ini, kita semua menjadi seorang guru yang terarah dan terampil dalam memberikan bimbingan dan didikan sesuai dengan tujuan dari arti belajar itu sendiri.

    Kawan-kawan semua, seperti kita ketahui bersama bahwa paradigma dalam dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan teori-teori baru yang muncul dari para ahli seputar dunia pendidikan dan proses tumbuh kembang siswa yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan itu sendiri atau socio-cultural.  Begitupun yang terjadi dalam psikologi seputar dunia pendidikan. Di dalam masa perkembangan saat ini muncul secara berurutan beberapa aliran psikologi pendidikan, diantaranya:

    1.      Psikologi behavioristik 

    2.      Psikologi kognitif, dan

    3.      Psikologi humanistis.

    Ketiga pendekatan ini memiliki implikasi yang luas terhadap proses pendidikan, ketiga teori ini memiliki tujuan dan peranan untuk kepentingan pembelajaran, pengelolahan kelas, pembimbingan serta berbagai kegiatan pendidikan lainnya. Seiring perkembangan aliran psikologi tersebut, maka muncul pula berbagai teori-teori tentang belajar, yaitu :

    1. Teori-teori belajar psikologi behavioristik (lihat selengkapnya di sini)
    2. Teori-teori belajar psikologi kognitif (lihat selengkapnya di sini)
    3. Teori-teori belajar psikologi humanistis (lihat selengkapnya di sini)

     



    [1] Drs. Tohirin, M.S., M. Pd.Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta, Rajawali Press,2005 ). Hal.21
    [2] Ibid., …hal.22-27
    [3] Ibid,….hal.13
    [4] Muhibbi Syah,M.Ed., Psikologi Belajay, (Jakarta, LOGOS cahaya Ilmu ), hal.46