Tampilkan postingan dengan label hadist. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hadist. Tampilkan semua postingan

Misteri negara akhir zaman: Keutamaan Syam


1. Penduduk Syam sentiasa berada di atas al-haqq yang dominan hingga datang kiamat.

"Sebahagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang bertentangan sehingga datang keputusan Allah, dan mereka sentiasa dalam keadaan demikian. Mu'adz berkata: dan mereka ada di Syam. "(HR.Bukhari)

 "Jika penduduk Syam rosak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan sentiasa ada satu kelompok dari umatku yang dimenangi oleh Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang bertentangan sehingga datang hari Kiamat

Doa Nabi saw meminta barokah untuk negara Syam, dan harapan Nabi saw agar penduduknya dihindarkan daripada keburukan dan musibah.

Ya Allah, berilah kami barakah pada negara Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negara Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negara Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejed? Rasulullah saw menjawab: Di sana (Nejed) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syaitan. (HR. Bukhari)

Nota: yang dimaksudkan dengan Nejed dalam hadis ini adalah Iraq.

2. Penduduk Syam diuji oleh Allah dengan penyakit taun agar mendapat syahadah dan rohmat.

"Jibril datang kepadaku dengan membawa demam dan wabak, aku menahan demam di Madinah dan aku lepaskan penyakit taun untuk negera Syam, kerana meninggal kerana penyakit taun merupakan mati syahid bagi umatku, rahmat bagi mereka, sekaligus kehinaan bagi kaum kafir." (HR. Imam Ahmad)

3. Negara Syam dinaungi sayap malaikat rahmat

"Beruntunglah negera Syam. Sahabat bertanya: mengapa? Jawab Nabi saw: Malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas negera Syam. "(HR. Imam Ahmad)

4. Syam adalah negera iman dan Islam apabila berlaku huru-hara dan peperangan dahsyat.

"Aku bermimpi melihat tiang kitab (Islam) ditarik dari bawah bantalku, aku ikuti pandanganku, ternyata ia adalah cahaya sangat terang hingga aku mengira akan mencabut penglihatanku, lalu diarahkan tiang cahaya itu ke Syam, dan aku lihat bahawa bila fitnah (konflik) berlaku maka iman terletak di negera Syam. "

6. Syam merupakan pusat negara Islam di akhir zaman

"Salamah bin Nufail berkata: aku datang menemui Nabi saw dan berkata: aku bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah ditinggalkan para pengusungnya, tidak ada lagi perang. 

Nabi saw menjawab: Sekarang telah tiba saat berperang, akan sentiasa ada satu kelompok di tengah umatku yang unggul melawan musuh-musuhnya, Allah sesatkan hati-hati banyak kalangan untuk kemudian kelompok tersebut memerangi mereka, dan Allah akan memberi rezeki dari mereka (berupa ghanimah) sehingga datang keputusan Allah (Kiamat) dan mereka akan selalu demikian adanya. Ketahuilah, pusat negeri Islam adalah Syam. Kuda perang dipasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan itu membawa kebaikan hingga datangnya kiamat. "(Riwayat Imam Ahmad)

7. Syam merupakan benteng umat Islam apabila berlakunya malhamah kubro (perang dahsyat akhir zaman)

"Auf bin Malik al-Asyja'iy berkata: Aku menemui Nabi saw lalu aku ucapkan salam. Nabi saw: Auf? Aku: Ya, benar. Nabi saw: Masuklah. Aku: Semua atau aku sendiri? Nabi saw: Masuklah semua. Nabi saw: Wahai Auf, hitung ada enam tanda Kiamat. Pertama, kematianku. Aku: Kalimat Nabi saw ini membuatku menangis sehingga Nabi saw membujukku untuk diam. Aku lalu menghitung: satu. Nabi saw: Penaklukan Baitul Maqdis. Aku: Dua. Nabi saw: Kematian yang akan meragut umatku dengan cepat seperti wabak kematian kambing. Aku: Tiga. Nabi saw: Konflik dahsyat yang menimpa umatku. Aku: Empat. Nabi saw: Harta membumbung tinggi nilainya sehingga seseorang diberi 100 dinar masih belum puas. Aku: Lima. Nabi saw: Terjadi gencatan senjata antara kalian dengan Bani Ashfar (bangsa perang), lalu mereka menyokong kalian dengan 80 destinasi. Aku: Apa maksud tujuan? Nabi saw: Maksudnya panji. Pada tiap panji terdisi dari 12,000 tentera. Benteng umat Islam ketika itu di kawasan yang disebut Ghouthoh, kawasan sekitar bandar Damsyik. "(HR. Imam Ahmad)

Nota: Daerah bernama Ghauthah masih ada hingga kini, tidak berubah namanya dan kedudukan berhampiran Damsyik.

8. Pasukan terbaik akhir zaman ada di Syam dan Allah menjamin kemenangan mereka.

"Pada akhirnya umat Islam akan menjadi pasukan perang: satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq. Ibnu Hawalah bertanya: Wahai Rasulullah, pilihkan untukku jika aku mengalaminya. Nabi saw: Hendaklah kamu memilih Syam, kerana ia adalah negeri pilihan Allah, yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tidak boleh hendaklah kamu memilih Yaman dan berilah minum (binatang kamu) dari kolam-kolam (di lembahnya), kerana Allah menjamin untukku negera Syam dan penduduknya. "(HR. Imam Ahmad)

9. Kematian Dajjal terjadi di Syam

"Al-Masih Dajjal akan datang dari arah timur, dia menuju Madinah, sehingga berada di balik Uhud, dia disambut oleh malaikat maka malaikat membelokkan arahnya ke Syam, di sana dia dibinasakan, di sana akan binasa." (HR. Imam Ahmad)

"Dajjal akan keluar di tengah Yahudi Asfahan hingga mencapai Madinah, dia singgah di sempadannya, saat itu Madinah mempunyai 7 pintu pada tiap pintu dijaga oleh 2 malaikat, maka penduduk Madinah yang jahat bergabung dengan Dajjal hingga apabila mereka mencapai pintu Ludd, Isa as turun lalu membunuhnya dan sesudah itu Isa as hidup di dunia 40 tahun sebagai pemimpin yang adil dan hakim yang bijak. "(HR. Imam Ahmad)

10. Syam adalah negeri titik temu dan titik tolak

"Kamu akan dikumpulkan di sana - tangannya menunjuk ke Syam - jalan kaki atau naik kenderaan mahupun berjalan terbalik (kepala di bawah) ..." (HR. Imam Ahmad)

"Maimunah bertanya kepada Nabi saw: Wahai Nabi Allah, jelaskan kepada kami tentang Baitul Maqdis. Maka Nabi saw menjawab: Dia adalah negera titik bertolak dan titik berkumpul, datanglah ke sana dan solatlah di sana, kerana solat di sana bersamaan 1000 kali solat di tempat lain. "(HR. Ahmad)
 
sumber: file:///C:/Users/kiki/Downloads/Misteri%20negara%20akhir%20zaman%20%20Keutamaan%20Syam%20_%20Detik%20Islam.htm#

Larangan Menarik Kembali Hadiah yang Telah Diberikan



Dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Orang yang menarik kembali pemberiannya seperti anjing yang muntah kemudian menjilatnya kembali'," (HR Bukhari [2589]) dan Muslim [1622]).
Dalam riwayat lain disebutkan, "Tidak pantas bagi kami mempunyai sifat yang buruk. Orang yang menarik kembali pemberiannya seperti anjing yang kembali muntahnya." 
Dalam riwayat lain, "Orang yang menarik kembali hadiahnya seperti orang yang menjilat kembali muntahnya."
Dalam riwayat berikut, "Perumpamaan orang yang menarik kembali shadaqahnya seperti anjing yang muntah kemudian menjilat kembali muntahnya dan memakannya."
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, yakni 'Abdullah bin 'Amr r.a. dari Rasulullah saw, beliau bersabda, "Perumpamaan orang yang meminta kembali apa yang telah ia berikan apabila seperti anjing yang muntah kemudian memakannya kembali. Apabila seorang pemberi meminta kembali pemberiannya, maka hendaklah diperiksa dan diteliti apa yang ia minta kembali itu lalu diberikan kepadanya," (Hasan, HR Abu Dawud [3540] dan Ahmad [II/175]).
Kandungan Bab:
  1. Tidak halal bagi seseorang meminta kembali pemberian atau shadaqahnya. Hadits ini secara jelas mengharamkannya. Kerasnya pengharaman dapat dilihat dari beberapa sisi: Pertama: Penyerupaan orang yang meminta kembali pemberiannya dengan anjing. Kedua: Penyerupaan hadiah yang diminta kembali dengan muntah. Ketiga: Orang yang meminta kembali pemberiannya adalah contoh buruk.
    Penyerupaan seperti ini lebih menunjukkan kerasnya larangan dan jelasnya pengharaman daripada penggunaan lafazh pengharaman yang jelas.
    Jika ada yang mengatakan, "Maksudnya adalah menjauhkan diri dari perbuatan ya menyerupai anjing dan kebiasaan anjing. Sebab anjing adalah binatang yang tidak dikenai kewajiban, menjilat muntah tidaklah haram baginya."
    Maka jawabnya, "Dalam pandangan syari'at penyebutakn perumpamaan sepertiini maksudnya adalah penegasan larangan, seperti dalam firman Allah SWT, "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim," (Al-A'raaf: 175-177). 
  2. Hibah (hadiah) yang diharamkan diminta kembali adalah hadiah yang diberikan kepada orang lain yang bukan anak kita.
    Dalilnya adalah hadits-hadits berikut ini:
    1. Hadits 'Amr bin Syu'aib dari Thawus dari 'Abdullah bin 'Umar dan 'Abdullah bin 'Abbas r.a, keduanya berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tidak halal bagi seorang laki-laki memberi hadiah atau hibah kemudian memintanya kembali, kecuali hadiah yang diberikan oelh seorang ayah kepada anaknya. Perumpamaan orang yang memberikan hadiah atau hibah kemudian memintanya kembali adalah seperti anjing yang makan sampai kenyang kemudian muntah kemudian menjilat muntahnya kembali'," (Hasan, HR Abu Dawud [3539], at-Tirmidzi [1299], an-Nasa'i [VI/264-265], Ibnu Majah [2377], Ahmad [II/27 dan 78], Ibnu Hibban [5123], al-Hakim [II/46], al-Baihaqi [VI/179 dan 180]). 
    2. Hadits Nu'man bin Basyir r.a, ia berkata, "Ayahku memberiku hadiah lalu Umrah binti Rawahah berkata, 'Aku tidak ridha sehingga Rasulullah saw. bersaksi. Lalu ia menyuruhku untuk mengambil persaksian darimu wahai Rasulullah.' Rasulullah berkata, 'Apakah engkau memberi seluruh anakmu hadiah seperti ini?' Ia menjawab, 'Tidak!' Rasulullah saw. berkata, 'Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap seluruh anak-anakmu.' Kemudian ia mengembalikan hadiah yang telah diberikan."
    Al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah (VIII/295), "Hibah atau hadiah tidak akan menjadi hak milik kecuali setelah serah terima. Apabila telah diserahkan, maka tidak halal diminta kembali keculai hadiah yang diberikan orang tua kepada anaknya karena telah dikhususkan dalam Sunnah Nabi."
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 2/405-408.

Meminta Kembali Pemberia

Hadits Tirmidzi 1219

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السُّوءِ الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ
Kami tak memiliki perumpamaan bagi orang yg menarik kembali pemberiannya melainkan seperti anjing yg menjilat kembali muntahannya.

Hadits Tirmidzi 1220

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ يَرْفَعَانِ الْحَدِيثَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ قَالُوا مَنْ وَهَبَ هِبَةً لِذِي رَحِمٍ مَحْرَمٍ فَلَيْسَ لَهُ أَنْ يَرْجِعَ فِيهَا وَمَنْ وَهَبَ هِبَةً لِغَيْرِ ذِي رَحِمٍ مَحْرَمٍ فَلَهُ أَنْ يَرْجِعَ فِيهَا مَا لَمْ يُثَبْ مِنْهَا وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ و قَالَ الشَّافِعِيُّ لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ وَاحْتَجَّ الشَّافِعِيُّ بِحَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ
Tidak halal bagi seseorang yg memberi suatu pemberian lalu menariknya kembali, kecuali orang tua yg telah memberi kepada anaknya. Telah menceritakan hal itu kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Husain Al Mu'allim dari Amr bin Syu'aib bahwa ia mendengar Thawus menyampaikan hadits dari Ibnu Umar & Ibnu Abbas keduanya memarfu'kan hadits ini kepada Nabi . Abu Isa berkata; Hadits Ibnu Abbas adl hadits hasan shahih & hadits ini menjadi pedoman amal menurut para ulama dari kalangan sahabat Nabi & selain mereka. Mereka berpendapat; Barangsiapa yg memberikan sesuatu kepada kerabatnya, maka ia tak berhak menarik kembali, namun barangsiapa memberikan sesuatu kepada selain kerabatnya ia boleh mengambilnya kembali, tetapi ia tak mendapatkan pahala atas permberiannya tersebut. Ini adl pendapat Ats Tsauri sedangkan Asy Syafi'i berpendapat; Tidak halal seseorang memberikan sesuatu lalu menarik kembali kecuali orang tua terhadap apa yg telah diberikan kepada anaknya, Asy Syafi'i berhujjah dgn hadits Abdullah bin Umar dari Nabi , beliau bersabda:
Tidak halal seseorang memberikan sesuatu pemberian lalu menariknya kembali, kecuali orang tua (yang menarik pemberian atas) apa yg telah diberikan kepada anaknya.

Kunci Menggapai Manisnya Iman

عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وأن يكره أن يعودفي الكفر بعد أن أنقذه الله منه ، كما يكره أن يقذف في النار )) متفق عليه
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tiga hal barangsiapa tiga hal itu ada dalam dirinya, maka ia dengannya akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih  ia cintai daripada selainnya, hendaknya mencintai seseorang dengan tidak mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaknya merasa benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana kebenciannya jika dirinya akan dilemparkan ke dalam api neraka” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
SEKILAS ANAS BIN MALIK
Nama beliau adalah Anas bin Malik bin Nadri bin Damdam bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Adiyyi bin An-Najjar Al-Anshari. Kunyah beliau Radhiyallahu ‘anhu adalah Abu Umayyah, sedangkan laqabnya adalah Al-Ka’bi Al-Qusyairi. Ibunya adalah seorang shahabiyah yang mulia, yaitu Ummu Sulaim binti Milhan bin Zaid bin Mihran, sedangkan ayahnya bernama Malik bin An-Nadhr.
Anas bin Malik lahir di Madinah. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah, Ummu Sulaim menhadap kepada Rasulullah dan menawarkan agar Anas bin Malik yang ketika itu berusia 10 tahun dijadikan sebagai pelayan untuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyetujuinya, maka jadilah Anas bin Malik menjadi seorang anak kecil yang hidup dalam naungan rumah tangga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagai seorang yang hidup dilingkungan keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Anas bin Malik banyak meriwayatkan hadits-hadits dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 2.286 hadits dan telah diriwayatkan oleh anak-anaknya; Musa Al-Nadir dan Abu Bakar, serta oleh murid-muridnya dari kalangan tabi’in; Ja’far bin Abdullah, Muhammad bin Sirrin, Ibnu Syihab, Amru bin Abi Amru.
Beberapa komentar berisikan pujian dari para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ulama setelahnya terhadap Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu diantaranya; komentar Umar bin Khattab ketika dimintai pendapatnya oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhum tentang pengangkatan Anas bin Malik sebagai pegawai di Bahrain, Umar memujinya “Dia seorang anak muda yang cerdas dan bisa baca tulis, dan juga lama bergaul dengan Rasulullah” . Adapun komentar Abu Hurairah terhadap Anas bin Malik, “Aku belum pernah melihat orang lain yang shalatnya menyerupai Rasulullah kecuali Ibnu Sulaiman (Anas bin Malik)”. Muwarriq berkata setelah Anas bin Malik meninggal di Bashrah, “Telah hilang separuh ilmu. Jika ada orang yang suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata kepadanya, ‘Marilah menghadap kepada orang yang pernah mendengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam’.”
Anas bin Malik meninggal pada tahun 93 H di Bashrah. Ketika anas bin Malik wafat, usianya telah mencapai 107 tahun. Maka jelaslah bahwa do’a Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Anas bin Malik dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, dimana Rasulullah berdo’a untuknya, “Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah ia kedalam surga.” Dalam riwayat yang lain Rasulullah berdo’a, “Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya.”
PENJELASAN SINGKAT
Siapa saja bersifat dengan ketiganya, maka ia akan mendapatkan manisnya iman. Ia akan menemukan kelapangan, kecintaan kepada kebaikan, kecintaan kepada ahli kebaikan didalam dadanya. Kebaikan yang tidak diketahui melainkan oleh orang yang sebelumnya belum pernah menemukannya.
Dalam hal ini dikatakan bahwa hendaknya Allah dan Rasulnya adalah dzat yang paling ia cintai daripada selain keduanya. Tidak dikatakan, “Kemudian Rasul-Nya”, karena cinta kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu ikut dan muncul dari kecintaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka tidak boleh mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Allah, karena itu merupakan bentuk kesyirikan, akan tetapi mencintai Rasulullah harus dengan dasar karena Allah Subhanahu wa ta’ala.
Selanjutnya, hendaknya mencintai seseorang tiada lain karena Allah, bukan mencintai karena kekerabatan, harta, kemuliaan atau sesuatu dari dunia, akan tetapi mencintainya karena Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kemudian dikatakan dalam hadits tersebut bahwa hendaknya pula ia tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya. Ini adalah sebuah kenyataan bagi orang yang dahulu kafir lalu memeluk islam. Akan tetapi orang yang sudah dilahirkan dalam keadaan Islam maka harus benci masuk ke dalam kekafiran setelah Allah menganugerahkan kepadanya Islam sebagaimana kebenciannya jika dipaksa untuk dilemparkan kedalam api. Yakni jika ia harus dilemparkan ke dalam api, maka hal itu sepele dibandingkan jika dirinya harus menjadi kafir setelah menjadi seorang muslim. Sedangkan orang yang dipaksa untuk kafir, lalu ia menjadi kafir dalam lahiriahnya dan tetap beriman dalam hatinya, maka yang demikian tidak membahayakan dirinya. Hal ini Allah jelaskan dalam firman-Nya pada surat An Nahl ayat 106. (Red-HASMI)
http://www.hasmi.org/kunci-menggapai-manisnya-iman/
 .:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.

Agar Selalu BERSYUKUR



Abu Hurairah r.a. telah mendengar Nabi saw bersabda, "Ada tiga orang dari Bani Israil yaitu si Belang, si Botak dan si Buta ketika Allah akan menguji mereka, Allah mengutus Malaikat berupa manusia. Maka datanglah Malaikat itu kepada orang yang belang dan bertanya, "Apakah yang kau inginkan?" Jawabnya, "Kulit dan rupa yang bagus serta hilangnya penyakit yang mnyebabkan orang-orang jijik kepadaku." Maka diusaplah orang itu oleh Malaikat. Seketika itu juga hilanglah penyakitnya dan berganti rupa dan kulit yang bagus, kemudian ditanya lagi, "Kekayaan apakah yang engkau inginkan?"

4. Kemuliaan Al-Quran

Kemuliaan Al-Qur-aan itu, jika dibandingkan dengan segenap ucapan dan perkataan semua Makhluq. Sama dengan kemuliaan Zat yang bersifat Rahman dan Rohim. Seandainya boleh dibandingkan dengan semua Makhluq ciptaan-Nya. (Kitab Jami’ush-Shoghir Juz II Hal : 20)

Oleh karena itu, mendengar bacaan Al-Qur-aan adalah lebih mulia dan lebih utama daripada membaca Koran atau membaca Buku-buku serta mendengar perkataan manusia yang banyak cakap. Perhatikan ayat :

Belajar Renang dan Memanah


1. Teks hadis: Allimu auladakum al-shibahah wa al-rimayah.
2. Terjemahan: Ajarilah anak-anakmu pandai berenang dan memanah.
3. Status hadits: Hadits marfu’ dhaif, hadits mauquf hasan.
4. Penjelasan hadits: Apabila atsar (ucapan Umar ibn Khattab) di atas difahami secara hakiki, maka memberi petunjuk kepada kita agar mengajari anak-anak lihai dalam berenang dan memanah. Oleh sebab itu kita pernah membaca pihak pemerintah menghadiahi lembaga pesantren dua fasilitas olah raga tersebut, yakni olah raga renang dan olah raga memanah. Tentu secara substansi agar dengan kedua olah raga itu membuat para santri