Tampilkan postingan dengan label kisah-kisah islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah-kisah islami. Tampilkan semua postingan

BERTAWAKAL KEPADA RAHMAT ALLAH


Di antara kisah yang menarik mengenai tawakkal.

Dua orang suami-istri yang saling mencintai. Masing-masing tidak menemukan ketentraman kecuali bila berada berdampingan.

Hanya sayangnya keduanya mempunyai sifat yang saling berlawanan. Sang suami seorang laki-laki yang tenang, tidak pernah kesal sekalipun dalam kondisi susah. Sementara sang istri sebaliknya, sangat tegas dan mudah kesal sekalipun dalam masalah yang sepele.

Suatu hari mereka berdua mengadakan perjalanan dengan menaiki kapal laut. Mereka sudah berlayar beberapa hari. Suatu waktu angin kencang berhembus disertai hujan. Ombak laut menggila bagaikan gunung. Kondisi kapal sangat genting. Kapal sudah dipenuhi air. Seluruh penumpang pucat ketakutan. Bahkan nakhoda tidak dapat menyembunyikan kecemasannya. Kesempatan untuk selamat hanya mengandalkan kemu'jizatan dari Allah.

Sang istri tidak dapat lagi menahan perasaannya. Ia mulai berteriak-teriak, tidak tahu apa yang harus diperbuat....

Ia segera menemui suaminya, dengan harapan ia mempunyai ide cemerlang untuk menyelamatkan diri dari kematian yang sedang mengancam. Semua penumpang sudah berada pada puncak ketakutan. Namun anehnya, ia dikejutkan oleh sikap suaminya yang duduk dengan tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Kemarahan istrinya membludak. Ia mengecam suaminya sebagai orang yang dingin dan tidak punya kepedulian.

Suaminya melihat kepadanya. Dengan wajah masam dan mata penuh kemarahan ia menghunuskan belati ke arah dada istrinya, dan ia berkata dengan serius disertai suara mengancam: "Apa kamu tidak takut dengan belati ini?"

Istri: Tidak

Suami: Kenapa?

Istri: Karena ia dipegang oleh tangan orang yang aku yakini kecintaannya kepadaku dan aku juga mencintainya.

Suaminya tersenyum sambil berkata: "Demikian juga aku, ombak besar itu dikendalikan oleh tangan yang aku yakin kepada-Nya dan aku mencintai-Nya. Kalau Dia yang Maha Berkuasa atas segala perkara, kenapa harus takut dan cemas?"

--------------------------------------------

قل لن يصيبنا إلا ما كتب الله لنا هو مولانا وعلى الله فليتوكل المؤمنون

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal".
(QS.At-Taubah:51)

Allah tidak pernah mengambil sesuatu dari kita kecuali untuk membuka tangan kita dan menggantinya dengan yang lebih baik, mencoba selalu berikhtiar, berdoa dan berserah diri, inshaAllah tidak ada yang sia-sia pada usaha maksimal dan doa paling tulus, jangan biarkan akal menyimpulkan setiap perkara dengan pikiran sempit, karena bisa jadi yang kita kira cobaan adalah pembuka pintu rahmad, maka husnudzonlah pada-Nya, karena Dia sesuai persangkaan hamba-Nya

Wallahu’alam bishshowab

Semoga bermanfaat

Kisah Cinta Abdullah bin Abu Bakar RA



Abdullah bin Abu Bakar RA baru saja melangsungkan pernikahan dengan Atikah binti Zaid, seorang wanita cantik rupawan dan berbudi luhur. Dia seorang wanita berakhlak mulia, berfikiran cemerlang dan berkedudukan tinggi. Sudah tentu Abdullah amat mencintai istri yang sangat sempurna menurut pandangan manusia.

Pada suatu hari, ayahnya Abu Bakar RA lewat di rumah Abdullah untuk pergi bersama-sama untuk sholat berjamaah di Masjid. Namun, apabila beliau mendapati anaknya sedang bermesraan dengan Atikah dengan lembut dan romantis sekali, beliau membatalkan niatnya dan meneruskan perjalanan ke Masjid.

Setelah selesai menunaikan sholat, Abu Bakar RA sekali lagi melalui jalan di rumah anaknya. Alangkah kesalnya Abu Bakar RA apabila beliau mendapati anaknya masih bersenda gurau dengan istrinya sebagaimana sebelum beliau menunaikan sholat di Masjid. Kemudian Abu Bakar RA segera memanggil Abdullah, seterusnya bertanya: "Wahai Abdullah, adakah kamu sholat berjama'ah?" Tanpa berhujjah panjang Abu Bakar berkata: "Wahai Abdullah, Atikah telah melalaikan kamu dari kehidupan dan pandangan hidup malah dia juga telah melupakan kamu dari sholat fardhu, ceraikanlah dia!" Demikianlah perintah Abu Bakar kepada Abdullah. Suatu perintah ketika Abu Bakar mendapati anaknya melalaikan hak Allah. Ketika beliau mendapati Abdullah mulai sibuk dengan istrinya yang cantik. Ketika beliau melihat Abdullah terpesona keindahan dunia sehingga menyebabkan semangat juangnya semakin luntur.

Lalu bagaimana tanggapan Abdullah? Tanpa membuat dalih apatah lagi mencoba membunuh diri, Abdullah terus mengikuti perintah ayahandanya dan menceraikan istri yang cantik dan amat dicintainya. Subhanallah!!!

Dari kisah di atas, marilah kita sama-sama bertafakkur tentang hakikat dan bagaimana cinta sejati, tulus dan suci itu sebenarnya. Sesungguhnya perjalanan hidup manusia akan sentiasa dipenuhi dengan warna-warna cinta. Bahkan kita dapat ungkapkan bahwa kehadiran manusia di muka bumi ini disebabkan Allah SWT meletakkan sebuah perasaan di dalam jiwa manusia, dan dia adalah cinta.

Membicarakan tentang cinta ibarat menguras air lautan dalam yang kaya dengan pelbagai khazanah alam. Tak kan pernah habis dan kita akan sentiasa menemui berjuta macam benda. Dari sekecil-kecil ikan hingga ikan paus yang terbesar. Dari kerang sampai mutiara malah jika diizinkan Allah, kita mungkin menemui bangkai kapal dan bangkai manusia...!!!

Usia sejarah cinta seumur dengan sejarah manusia itu sendiri. Jika di suatu tempat ada 1000 manusia maka di situ ada 1000 kisah cinta. Dan jika di muka bumi ini ada lebih 5 million manusia, maka sejumlah itu pulalah kisah cinta akan hadir.

Walau berapa banyak pun nuansa cinta yang menjelma menjadi sebuah syair, drama, film, sinetron, lagu dan berbagai bentuk hasil seni lain, namun pada hakikatnya cinta itu hanya ada dua buah versi saja. Versi cinta nafsu (syahwat) dan cinta Rabbani.

Yang menjadi persoalan sekarang adalah mampukah kita membedakan yang mana cinta syahwat dan mana cinta Rabbani? Derasnya arus ghazwul fikr (serangan pemikiran) dalam kesenian terutamanya, telah mampu membungkus cinta syahwat sehingga ia tampil sebagai cinta "suci" yang mesti diperjuangkan, dimenangkan dan diraih seterusnya untuk dinikmati.

Manusia seakan lupa pada sejarah. Lupa pada kisah-kisah tragis yang berakhir di hujung pisau atau dalam segelas racun. Mereka semua rela diseret dan dijeremuskan ke dalam lubang ‘neraka’ hanya untuk mengejar salah satu rasa dari sekian banyak rasa yang ada disudut hati manusia, itulah cinta.

Cinta memiliki kekuatan luar biasa. Dan kekuatan cinta (the power of love) mampu menjadikan manusia pribadi yang sangat nekad atau sangat taat. Nekad dalam konteks sangat berani dalam melanggar peraturan-peraturan Allah seperti berkhalwat (berdua-duaan dengan bukan mahram), berkasih-kasihan lelaki dan perempuan, berpegangan tangan, mempertontonkan adegan birahi percuma di khalayak ramai apatah lagi dalam sembunyi. Atau jika cinta tak mendapat restu dari orang tua, pasangan akan nekad, terus lari dari rumah atau berzina (na’udzubillah min dzalik). Dan tidak sedikit pula yang begitu nekad sanggup melakukan perbuatan yang dilaknat Allah yaitu membunuh diri demi cinta.

Pribadi-pribadi nekad seperti ini menjadikan cinta sebagai tujuan bukan sebagai sarana mencapai tujuan. Oleh itu tidaklah mengherankan jika kita banyak menemui berbagai perilaku aneh para pencari cinta yang tak masuk akal. Sebab apa yang mereka tuju adalah suatu yang abstrak, tidak jelas dan bukan perkara yang pokok. Mereka sibuk mencari dan mengartikan makna cinta sementara lalai terhadap Dzat yang menganugerahkan cinta. Dzat yang menumbuh suburkan rasa cinta. Dzat yang memberikan kekuatan cinta. Dzat yang paling layak dicintai, kerana Dia juga Empunya nikmat cinta. Allah Rabbul ‘Alamin.

Kisah tragis di awal tulisan ini memberikan gambaran jelas sikap manusia yang rela mengorbankan diri demi sepotong cinta. Muda-mudi yang nekad bunuh diri dengan berbagai cara ini pada dasarnya belum mengenali hakikat cinta. Cinta yang mereka kenal selama ini adalah cinta yang ditunggangi oleh nafsu syahwat. Dan joki penunggangnya adalah syaitan laknatulllah. Pada momen ini syaitan berteriak keriangan sambil mengibar-ngibarkan bendera kemenangan kerana berhasil menjerumuskan anak cucu Nabi Adam dalam neraka jahannam dengan dalih cinta yang begitu murah nilainya.

Cinta memang tak kenal warna. Cinta tak kenal baik-buruk. Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah. Memang begitulah adanya. Kerana yang mampu mengenal warna dan baik-buruk adalah pelaku-pelaku cinta yang menggunakan akal fikirannya.

Sebaliknya cinta juga mampu melahirkan pribadi-pribadi yang mengagumkan. Pribadi yang tak takut kehilangan suatu apa pun walau ia amat cinta pada sesuatu. Namun kerena cinta yang hadir dipenuhi dengan nuansa keimanan, maka mereka rela mengorbankan apa saja yang mereka amat cintai demi memperolehi keridhaan Dzat Pemberi cinta. Jiwa mereka tidak gundah gulana hanya kerena kehilangan cinta duniawi karena Allah sebagai Dzat pemberi ketenteraman Pribadi-pribadi taat ini amat menyadari bahawa cinta hanyalah sebagai sarana mencapai tujuan. Mereka yakin kenikmatan cinta tak ada artinya tanpa ada restu Allah sebagai Pemberi cinta. Maka yang mereka cari adalah ridha dan cinta kasih Allah, bukan cinta yang bersifat sementara.

Kisah Abdullah putera Abu Bakar RA menjadi contoh kematangan pemuda yang mengenal arti cinta. Bayangkan!! Dia memiliki isteri yang amat cantik, berakhlak mulia, berkedudukan tinggi dan berharta. Namun apabila ayahandanya memerintahkan untuk menceraikan isterinya, dengan alasan isterinya telah melalaikan Abdullah dalam menunaikan hak Allah seterusnya akan membuat Abdullah lalai dari berjihad di jalan Allah. Maka apa reaksi Abdullah? Tidak!! Abdullah tidak marah langsung pada ayahnya. Atau berusaha mengambil pedang dan ingin memenggal kepala si ayah yang berusaha memisahkan jalinan cinta yang memang sudah sah itu. Sekali lagi tidak!! Pemuda yang bernama Abdullah melihat perintah itu dengan kacamata cinta yang diberikan Allah. Ia rela menceraikan isteri yang dicintainya demi mempererat hubungan cinta dengan Allah. Subhanallah… Masih adakah pemuda-pemuda seperti pribadi Abdullah di zaman modern kini?

Begitulah cinta. Ia mampu melambungkan manusia pada derajat kemuliaan yang tak terhingga. Manakala frekuensi atau gelombang cintanya juga sudah selaras dengan frekuensi atau gelombang cinta yang Allah kehendaki. Semuanya akan senada seirama. Tak ada dengung sumbang, tak ada nada ternoda. Demikian indah dan asli irama cinta sejati. Wallahu ‘Alam...

Kisah Patahnya Sayap Malaikat Langit


Diriwayatkan pada suatu hari, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW dan berkata,
"Ya Rasulullah, aku telah melihat seorang malaikat di langit sedang berada di atas singgasananya. D sekitarnya terdapat 70 ribu malaikat berbaris melayaninya. Pada setiap hembusan nafasnya, Allah SWT menciptakan darinya seorang malaikat."

"Dari sekarang ini, aku melihat malaikat itu berada di Gunung Qaaf dengan sayapnya yang patah sedang menangis tersedu, "Lanjut Malaikat Jibril.


Sayap Patah

Ketika dia melihatku, dia berkata,
"Apakah engkau mau menolongku?"
Aku berkata, "Apa salahmu?"

Dia berkata,
"Ketika sedang berada di atas singgasana pada makam Mi'raj, lewatlah padaku Muhammad, Kekasih Allah SWT. Lalu aku tidak berdiri untuk menyambutnya sehingga Allah SWT menghukumku dengan ini (sayapnya patah) serta menempatkanku di sini seperti yang kau lihat."

Maaikat Jibril berkata,
"Seraya aku merendah diri di hadapan Allah SWT, aku memberinya pertolongan."
Maka Allah SWT berfirman,
"Wahai Jibril, katakanlah agar dia membaca shalawat atas KekasihKu, Muhammad SAW."

Malaikat Jibril berkata lagi,
"Kemudian malaikat itu membaca shalawat kepadamu dan Allah SWT mengampuninya serta menumbuhkan kembali kedua sayapnya, lalu menempatkannya lagi di atas singgasananya."

Sungguh betapa mulianya Nabi Muhammad SAW, hingga malaikat saja yang tidak menghormat, sayapnya dipatahkan oleh Allah SWT.
Kisah ini dinukil dari KitabMukasyafatul Qulub, buah karya dari cucu Imam Al Ghazali yang bernama Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali.

sumber :http://kisahislamiah.blogspot.com/2013/08/kisah-patahnya-sayap-malaikat-langit.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+KisahIslamiah+%28Kisah+Islamiah%29

Kisah Abu Wail Syaqiq bin Salamah Rah.a (Tabi'in)



Kisah Abu Wail Syaqiq bin Salamah Rah.a (Tabi'in)
Perpanduan Ilmu dan Amal
“Aku tidak pernah melihat Abu Wail berpaling dari shalatnya, begitu juga di selain shalat.” (Ashim)

Mari kita mulai kisah kehidupan imam ini. Kisah tentang hidayah seorang tokoh. Kita persilahkan Sulaiman bin Mihran memulainya. Syaqiq berkata, “Wahai Sulaiman! Bayangkan kita melarikan diri dari Khalid bin Walid, dan aku terjatuh dari hewan tungganganku yang bisa menginjak leherku. Kalau aku mati saat itu, maka nerakalah bagiku.”

Peristiwa itu terjadi pada saat kaum muslimin memerangi orang-orang murtad di masa pemerintaha Abu Bakar ash-Shiddiq. Lalu, Allah memberikannya hidayah untuk masuk islam.

Dialah Abu Wail Syaqiq bin Salamah al-Asadi al-Kufi, imam besar Dan syaikh kota kufah. Dia lahir dimasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi tak sempat bertemu dengan beliau. Menurut Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat, Abu Wail lahir pada tahun pertama hijriyah.

Namun demikian Abu Wail sempat meraih kemilauan para sahabat Nabi. Tercatat, ia sempat bertemu dengan Umar bin Khaththab, Utsman, Ali, Amr, Ibnu Mas’ud, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Aisyah, Ummu Salamah, dan lainnya.

Abu wail mencapai derajat orang-orang shalih. Dialah murid Abdullah bin Mas’ud. Setiap kali melihat Abu Wail, Abdullah bin Mas’ud selalu berseru, “Wahai orang yang bertaubat!”

Beginilah murid Ibnu Mas’ud menjadi pemimpin ahli ilmu dan amal. Kenapa tidak? Dia mengambil langsung ilmu dan amal dari orang yang yang lulus dari madrasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah orang-orang yang selalu menyertai Ibni Mas’ud, baik di malam hari, siang, di rumah, dalam perjalanan, di masjid dan dimana saja.

Perhatikanlah bagaimana Ibnu Mas’ud mendidik murid-muridnya. Suatu ketika, ia berpesan dengan Abu Wail yang sedang membawa mushaf berhias emas. Ibnu Mas’ud berkata “Sungguh yang paling baik untuk menghias al-Qur’an adalah membacanya dengan benar.”

Dalam tempaan inilah Abu Wail Tumbuh. Ibrahim an-Nakha’i pernah menasehati al-A’masy untuk selalu menyertai orang-orang shalih. “Sertailah Syaqiq. Sungguh aku mendapat murid Ibnu Mas’ud sebagai orang yang kaya ilmu. Mereka tergolong orang-orang pilihan,” ujar Ibrahim an-Nakha’i.

Betapa indahnya mendapatkan kesaksian dari seorang ahli fiqh Kufah seperti Ibrahim an-Nakha’i. Perhatikanlah kesaksian Ibrahim an-Nakha’i pada kesempatan lain. “Tidak ada sebuah desa kecuali di dalamnya ada orang yang membela penduduknya. Aku berharap Abu Wail termasuk diantara mereka.”

Posisi ini tidak didapat kecuali dengan usaha maksimim yang panjang melawan godaan hawa nafsu dan syetan serta berusaha untuk taat. Ashim menggabarka shalat dan keshalihan Abu Wail dalam ungkapannya, “Aku tidak pernah melihat Abu Wail berpaling dari shalatnya, begitu juga diselain shalat.”

Ashim pernah mendengar Abu Wail berdoa saat sujud. Diantara doanya adalah, “Tuhan, ampunilah aku! Tuhan maafkanlah aku! Jika engkau memaafkanku, maka panjangkanlah keutamaanmu. Jika engkau mengazabku, bukan oleh orang yang zalim padaku.”

Ashim berkata, “Kemudian ia menangis sampai kedengaran dari luar masjid.”

Abu Wail termasuk orang yang menyucikan hati dan jiwanya. Ashim ketika Berkata, “Aku tidak pernah mendengar Abu wail mencaci manusia atau binatang sama sekali.”

Az-Zabarqand menceritakan, “Suatu ketika aku bersama Abu wail. Lalu aki mencaci al-Hajjaj dan menyebut-nyebut keberukannya. Abu Wail berkata, “Jangan mencaci, Siapa tahu dia berdoa, ‘Ya Allah ampunilah aku.’ Maka, Allah mengampuninya.”

Ini keutamaan yang diberikan Allah untuk menjaga lisan seseorang dari kalimat sia-sia. Barang siapa yang menjaga lisannya dari kata-kata yang sia-sia, maka ia akan bisa menjaga jiwanya.

Abu Wail juga dikenal sangat wara’ dan berhati-hati menerima pemberian. Hal ini tercermin dari ungkapannya pada seorang budaknya, “Kalau Yahya –anaknya- datang membawa sesuatu, janganlah diterima. Kalau para sahabatku datang, maka terimalah.”

Abu Wail juga sangat menjaga dirinya untuk tidak terlibat pada pekerjaan pemerintah. Ini nampak ketika seorang pria datang dan berkata, “Anakmu dipekerjakan dipasar.” Abu Wail berkata, “Demi Allah! Seandainya engkau datang membewa berita kematiannya itu lebih kusukai. Sungguh aku sangat membenci masuknya hasil pekerjaan mereka ke rumahku.”

Namun demikian, tetap saja ia mendapat ujian sebagaimana ulama dan ahli ilmu yang lainnya. Suatu ketika dia diminta datang untuk menemui al-Hajjaj bin Yusuf. Ketika bertemu, al-Hajjaj segera bertanya, “Siapa namamu?”

“tidak mungkin seorang amir memenggilku kala dia tidak tahu namaku,” jawab Abu Wail.
“Kapan engkau tinggal di negeri ini?”

“Pada malam-malam penduduknya menetap.”

“Apa yang engkau baca dari al-Qur’an?”

“Aku membaca dari al-Qur’an yang kalau kuikuti, akan mecukupiku.”

“Kami ingin menugaskanmu pada sebagian pekerjaan kami.”

“Pekerjaan apa?”

“silsilah!”

“Silsilah tidak pantas kecuali bagi mereka yang melakukannya. Kalau engku minta bantuanku, maka engkau minta tolong pada syaikh yang lemah. Kalau amir memaafkanku, itu yang lebih aku cintai.” Abu Wail berhasil menghindar dari tawaran pemerintah.
Ia meninggal pada tahun 82 hijriyah *)

Sumber:dari Buku 101 Kisah Tabi’in

Kisah Penghafal yang Hafal Qur'an Dalam Waktu Singkat



Kisah Penghafal yang Hafal Qur'an Dalam Waktu Singkat
Setiap penghafal al-Qur'an mempunyai kenangan manis tersendiri ketika ia bisa mengkhatamkan hafalannya. Ada yang khatam dalam waktu cepat, lambat dan juga normal. Tapi jangan sampai Anda seperti kebanyakan orang, menghafal lalu.....meninggalkan hafalan itu..Laa haulaa walaa quwwata illah billah. Semoga saja tidah yach, Amiin

Untuk menyemangati kita agar lebih semangat untuk menghafal dan menjadi pelajaran goresan sejarah manis ini, berikut beberapa kisah penghafal yang hafal dalam waktu singkat:


1. Abu Wail.

Siapa dia? Ia adalah saudara kandung dari Ibnu Salamah, seorang Imam besar gurunya penduduk Kufah. Ia sezaman dengan nabi shallallahu alaihi wasallam. Tapi belum sempat melihat wajah Rasulullah Saw. Belajar al-Qur'an hanya dalam waktu 2 bulan saja.

2. Pemuda yan hafal al-Qur'an di bulan Ramadhan.

Loh, gimana caranya??! Konon, pemuda ini selalu membiasakan diri menjadi imam shalat tarawih yang membiasakan khatam dalam waktu sebulan selama Ramadhan. Setiap harinya ia harus hafal 1 juz al-Qur'an -mengingat perannya sebagai Imam tarawih- kemudian membacanya dalam shalat tarawih sampai ia hafal seluruhnya, Subhanallah

3. Seorang penghafal meriwayatkan bahwa ada beberapa pemuda yang hafal al-Qur'an 30 juz hanya ketika menghabiskan liburan musim semi saja.

4. Seorang mahasiswa Turki, kuliah di sebuah kampus dan mampu menghafal al-Qur'an 30 juz dalam waktu 70 hari.

Mereka yang kita sebutkan di atas dengan singkat, adalah fenomena di sekitar kita. Mereka juga manusia seperti kita. Akan tetapi perbedaan antara kita dengan mereka adalah sebuah anlogi agar tidak membuat kita menjadi down (patah semangat) ketika membaca kisah-kisah keteladanan di atas.

Diceritakan pula tentang beberapa pemuda yang hendak menghafal al-Qur'an. Dan ini membuat mereka gembira dan senang hatinya. Yaitu di antara mereka ada yang hafal al-Qur'an dalam waktu 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun. Bahkan sampai ada yang memakan waktu 9 tahun lamanya. Ia selalu bersungguh-sungguh terhadap dirinya sendiri sampai bisa mewujudkan impiannya itu. Tidak perlu ada pertanyaan, "Sudah berapa juz kamu hafal al-Qur'an?". Tapi yang terpenting adalah bahwa Anda masih menghafal dan terus menghafal. Meski pertanyaan di atas perlu juga untuk mengingatkan dan memacu semangat menghafal.

Wallahu A'lam.